Happy reading zeyengggg!❤
✨✨✨
Gerimis membasahi kota Batam sore ini. Gadis dengan rambut sebahu itu menghela napas pelan seraya memainkan ponselnya. Sedangkan Alia tengah memainkan jari jemarinya.
Aroma kuah bakso yang baru terhidang dihadapan mereka berhasil membuat perut terasa semakin lapar. Alia langsung saja menuangkan kecap dan sambal kedalam mangkok baksonya.
"Yuk dimakan, Sya. Mumpung masih hangat." Tawar Alia yang tengah mengaduk baksonya.
Asya mengangguk pelan sambil membasahi bagian bawah bibirnya. Di liriknya Alia yang tengah meniup bakso yang telah tertancap digarpu. Alia pun menoleh, 'ada apa?' seolah raut wajahnya bertanya begitu. Spontan saja Asya langsung menggelengkan kepalanya.
Lelaki berhoodie hitam itu berjalan melewati koridor dengan pincang. Gilang sengaja tidak memakai kursi rodanya lagi dikarenakan terlalu susah untuk bergerak bebas. You know lah, Gilang tuh gimana anaknya.
"Hai, Asyayangnya aku." Gilang duduk dihadapan kedua gadis yang sedang menyantap bakso.
Setelah menelan bakso beserta mi kedalam mulut, Asya melambaikan tangan seraya tersenyum.
"Kursi roda lo udah dikiloin ya, Gil?" Sahut Alia seraya mengelap mulutnya dengan tisu.
"Di rumah kali, Lia. Udah bosan pake kursi roda gue." Balas Gilang dengan cengiran.
"Iya-iya, tau sendiri aja lah lo tuh anaknya gimana. Ngga bisa diam." Alia terkekeh lalu tersedak.
Asya langsung memberikan air putih seraya mengelus punggungnya perlahan.
"Kualat lo kan sama adik ipar." Gilang tertawa ngakak.
"Kurang asam lo, Gil." Balas Alia dengan lirikan sinis.
Sedangkan Asya hanya terkekeh pelan setelah meminum air jeruk yang dibawakan oleh Gilang untuknya.
Setelah Alia di jemput oleh Galang, kini Gilang dan Asya tengah berjalan bergandengan tangan. Gilang harus di papah agar berjalan lebih cepat.
"Bengkaknya udah kurang deh kayaknya, Gil." Ucap Asya dengan menunjuk pergelangan kaki lelaki itu.
"Iya, alhamdulillah. Kemarin udah check up juga, kata dokternya udah lebih baik sih." Angguk Gilang setuju.
Asya tersenyum sekilas, "Eh, inget ngga sih sama adik kelas yang kamu bilang mirip banget sama Ricko?"
"Inget-inget. Emangnya kenapa?" Tanya Gilang setelah mengingatnya sekilas.
"Ternyata emang mirip sama Ricko." Asya terkekeh pelan sambil mengusap tengkuknya.
"Eh eleh, aku kirain kenapa." Gilang terkekeh pelan seraya memukul pelan pipi gadis itu.
Keduanya tertawa bersama sambil melanjutkan perjalanan mereka yang sempat terhambat. Mereka asyik bertukar cerita, saling tersenyum dan tertawa, dan terlihat bahagia sekali dalam menjalin hubungan.
Kalian ingin juga kan, beb?:")
***
Jarum pendek arlojinya sudah menunjukkan pukul 09:35. Jam istirahat sudah berlangsung sejak lima menit yang lalu. Kini Asya tengah menunggu Gilang didepan toilet laki-laki, katanya sih mau ganti baju usai olahraga.
Sebenarnya lelaki berlesung pipi itu sudah melarang, tetapi Asya suka rela menunggunya hingga selesai. Gilang keluar dari toilet dengan seragam batik yang terbalut dengan hoodie biru dongker.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...