18

953 43 0
                                    

Happy reading!

Satria langsung menghubungi Alia untuk segera datang ke UKS. Lelaki yang merupakan abang dari Asya ini menatap keduanya bergantian. Sedangkan yang ditatap hanya diam dan saling melirik.

"Lo umpetin adik gue?" tanya Satria usai menatap mereka.
"Sumpah, ngga." Gilang menggeleng sambil membentuk tanda peace dengan jarinya. Lalu, Gilang menceritakan semuanya dari awal. Hal itu membuat Satria benar-benar naik pitam. Ternyata dugaannya benar, tentang Asya yang sengaja dikunci di toilet.

"Asya!" Alia langsung memeluk Asya sambil terisak.
"Lo kemana? Gue nyariin lo tau." ucapnya lagi. Alisa dan Azkia pun ikut terharu. Satria dan Gilang saling tatap. Itulah cewek, mudah baper. Lagi, Gilang menceritakan semuanya kepada mereka bertiga.

"Gila! Tuh cewek emang ngga punya perasaan. Awas aja kalo besok jumpa dia." umpat Alia kesal.
"Kenapa Misell selalu jahatin Asya? Apa jangan-jangan ini tuh berhubungan sama lo ya, Gil?" Alisa menunjuk Gilang.
"Gue?" Gilang menunjuk wajahnya, lalu menarik nafas jengah, "Oke. Dia itu mantan gue."

Asya tetap setia dengan diamnya, sedangkan Satria dan ketiga sahabat Asya melebarkan matanya. "Apa?!" sahut ketiga sahabat Asya kompak.

***

Selama perjalanan pulang, Satria dan Asya saling diam. Asya sesekali melirik kearah abangnya itu, ia tampak tidak tenang ketika mengendarai mobilnya. Tak lama, akhirnya mereka sampai di rumah.

Gilang tengah duduk didepan teras rumahnya, namun masih mengenakan seragam sekolah. Bahkan tas dan sepatunya masih melekat ditubuhnya.

"Eh, kamu udah pulang?" tanya Bulan tiba-tiba.
"Iya, Ma. Galang udah balik?" Gilang malah balik bertanya.
"Udah, dia baru aja selesai mandi. Kenapa emangnya?" Bulan duduk disebrang Gilang.
"Ngga ada sih. Ma, Gilang pengen cerita."

Gadis berambut coklat itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia masih memikirkan bagaimana caranya agar ponselnya kembali lagi. Apakah jika diminta baik-baik, Misell akan mengembalikannya? Huh. Tak lama, pintu kamarnya terketuk. Satria masuk sambil memegang ponselnya.

"Hp lo mana? Gue mau pinjem dong."
Asya mengangkat sebelah alisnya, "Ngga ada."
"Kok bisa ngga ada? Hp lo kemana emangnya?" Satria mengernyit.
"Kayaknya tadi di ambil Misell." Asya menunduk.
"Diambil sama tuh cewek?! Gila banget. Ayo kerumahnya, ini tuh ngga bisa dibiarin." Satria menarik lengan adiknya itu.
"Gue ngga tau rumahnya. Lagian hp gue kan ber-password." Asya menggeleng. Satria menghela nafas jengah.

Gadis dengan cepolan asal itu menimang- nimang ponsel ber-casing hitam dengan gambar unicorn itu. Tiba-tiba, satu pesan masuk dari 'Abang' alias Satria.

Balikin hp Asya, besok. Besok gue tunggu di depan gerbang. Awas kalo ga.

Gadis itu tersenyum miring, mengancam rupanya. Tapi ngomong-ngomong, apakah gadis berambut sebahu itu masih berada didalam gudang atau tidak? Dengan cepat ia mengambil ponselnya guna menghubungi lelaki yang berkomplotan dengannya.

***

"Kamu serius?! Misell kunciin Asya di gudang?" tanya Bulan sambil melebarkan matanya, setelah Gilang menceritakannya.
"Iya, Ma. Serius." Gilang mengangguk sambil memakan brownis yang Bulan buat.
"Kok dia jadi gitu sih? Kamu bersangkutan sama masalah ini?" tanya Bulan lagi.
"Iya, Ma. Makanya Gilang tuh pengen lindungin Asya kemana aja dia pergi. Soalnya Misell tuh udah kayak hacker, otaknya lancar kalo masalah beginian mah."
"Ya Allah, Mama tuh ngga nyangka tau." Bulan menggelengkan kepala sambil mengusap dada.
"Yaudah, kalo kamu bisa, jagain Asya. Kasian dia kena akibatnya gara-gara Misell ngga bisa menerima kenyataan." Bulan tersenyum sambil mengelus kepala anak lelakinya itu.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang