07

1.4K 58 3
                                    

@Gilangprdkt_ adds you as a friends.

Gadis itu mengernyit heran, Gilang menambahkannya sebagai teman? Darimana lelaki itu mendapatkan id-linenya? Tentu saja, gadis itu tidak pernah memberikan id linenya kepada siapa pun.

Hai, Asya. Gue Gilang, accept gue dong😂.

Satu pesan masuk dari orang yang sama, Gilang. Asya hanya membacanya tanpa niat membalas.

Gilang tersenyum ketika ia baru saja mengirimkan pesan kepada gadis itu. Ia masih setia menatap ponselnya, namun tidak ada balasan. Gadis itu hanya membaca pesannya. Apakah gadis itu tidak mau membalasnya? Padahal kan dia sedang online? Pikir Gilang.

Pintu kamarnya terketuk, gadis itu beranjak dari kasurnya untuk membukakan pintu. Didapatnya Safira yang sedang mengantarkan sepiring bolu cokelat dengan segelas susu vanilla hangat.

"Dimakan ya. Mama turun dulu, kasian Ayah sendirian di ruang tengah." ucap Safira seraya mengusap rambut Asya sambil tersenyum. Asya mengangguk.

Gadis itu mulai menutup pintu kamarnya dan meletakkan sepiring bolu dan susu vanilla hangat itu diatas meja belajarnya. Tak lama, pintu kamarnya terketuk lagi. Dan Alia ada disana dengan tersenyum tanpa dosa.

"Ada apa, Li? Tumben." Asya mengernyitkan alisnya.

***

Gilang turun menuju ruang tengah. Disana keluarganya tengah berkumpul kecuali dirinya. Lelaki berlesung pipi itu duduk disebelah Bulan dan merangkul Mamanya itu.

"Gil, jangan mulai deh." ucap Bagus, Papanya.
"Ck, apaan sih, Pa? Cuman rangkul Mama doang loh padahal." decak Gilang sambil terkekeh. Bulan melirik keduanya.
"Jangan rangkul-rangkul Mama, ah. Gue cemburu, Gil." Bagus merengut.
"Yaelah, Pa. Sama anak sendiri aja cemburu." Gilang tertawa.
"Iyalah. Beliin Papa martabak gih." suruh Bagus.
"Mana duit?" Gilang menyodorkan tangannya kearah Bagus.

"Kamar lo masih gini-gini aja ya, Sya. Ngga ada yang berubah." ucap Alia.
"Hm." balas gadis itu sambil membolak balik lembar novel.
"Ngga ada niatan buat ganti dekorasi?" tanya Alia.
"Ngga, gini aja lah." balas gadis itu.
"Pengen martabak deh gue. Beli yuk! Gue yang traktir." ucap Alia sambil tersenyum.

Gilang memarkirkan motornya disebuah kios martabak. Sebelum turun, ia mengaca lebih dulu karena rambutnya berantakan akibat tertiup angin.
"Udah ganteng kok." Gilang terkekeh.

"Mas, martabak cokelatnya satu sama martabak keju satu. Cokelat sama kejunya yang banyak ya mas." pesan Gilang.
"Ada lagi, mas?" tanya sang penjual.
"Itu aja, saya tunggu di dekat situ ya, mas." ucap Gilang sambil menunjuk kearah bangku panjang yang kosong. Sang penjual hanya mengangguk.

Gilang asyik memainkan ponselnya dan lagi ia mengecek apakah gadis itu akan membalas pesannya atau tidak. Dan hasilnya masih nihil, tidak ada balasan.
"Masih ngga dibalas? Ya Allah." ucap Gilang.

Asya dan Alia tiba didepan kios martabak.
"Lo mau martabak apa, Sya?"
"Cokelat deh."
"Oke, gue mau yang cokelat kacang. Sekalian beliin nyokap lo deh. Martabak telur spesial kan?"
"Iya."

Alia pergi memesan, sedangkan Asya duduk dibangku panjang. Disana terdapat lelaki yang memakai hoodie hitam dengan celana training. Asya tidak memperdulikannya, ia hanya duduk sambil melihat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.

Merasa ada yang duduk disebelahnya, Gilang menoleh. Dan didapatinya Asya yang tengah menatap ponselnya.

"Asya?" sapa Gilang dengan ragu.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang