Happy reading gaeszz! Jangan lupa vote yaa.
Ada yang nungguin Gilang update? (☝)
Lagu milik Jessie J- Flashlight menggema di kamar bernuansa unicorn itu. Sang empunya sedang duduk termenung didepan meja riasnya. Ucapan Mamanya benar-benar terngiang dikepalanya.
"Kalo kamu udah mau nerima orang asing lagi yang masuk kedalam hidup kamu, Mama sih bersyukur. Lagian Mama percaya kok, Gilang itu cowok baik."
Gadis berpiyama tidur itu menghela nafas kasar dan panjang. Ucapan Mamanya biasanya akan terjadi. Mungkin, Gilang adalah orang yang tepat. Sosok yang Tuhan hadirkan untuk menyembuhkan luka lama yang ada dihatinya.
Semoga, Gilang adalah orangnya. Gadis itu membatin, tak lama kemudian gadis itu tersenyum tipis.
Makan malam di rumah milik keluarga Pradikta sangat khidmat. Bahkan Bagus dan Gilang yang sering membuat ocehan-ocehan receh yang membuat lainnya tertawa pun terdiam menyantap makanan mereka. Ntah lapar atau gimana, hm.
Lelaki berkaus hitam itu menuju kamarnya. Langkah kakinya menuju meja belajarnya dan mengambil sebuah Macbook yang dulunya sebagai hadiah ulang tahun yang ke-15 tahun. Tak lama, sebuah lagu milik Eazy & Kehlani- Good life pun terdengar. Bahkan sesekali lelaki itu menyanyikan sebait lirik dari lagu tersebut.
Pintu kamar bercat hitam itu terketuk dan menampilkan sosok Bulan yang masih kelihatan muda walaupun umurnya sudah kepala empat.
"Ini cokelat hangat kamu. Kenapa mukanya kusut amat sih? Biasanya juga duduk dulu bareng yang lain di ruang tengah, kok sekarang main ke kamar aja. Kenapa? Ada masalah?" Bulan mengambil Macbook yang tergeletak diatas kasur.
"Hm—ada sih, sedikit. Tapi, Gilang bisa selesain ini kok, Ma." Gilang tersenyum tipis.
"Kamu ngga mau cerita sama Mama? Biasanya juga curhat ke Mama tuh." Bulan menggoda anak lajangnya itu.
"Jadi—begini ceritanya, Ma." Gilang berucap kemudian sebelum berbicara lagi lelaki itu menarik nafasnya lebih dulu.
Setelah mendengar cerita anak lajangnya, Bulan menghela nafas panjang sehingga bahunya sedikit menurun. Tak lama, Bulan tersenyum kecil kearah anak lajangnya itu.
"Jadi gitu, kamu lagi—ehem sama anaknya Safira nih?"
Gilang menoleh kearah Mamanya sambil mengangguk pelan. "Mama sih, oke-oke aja. Tapi masalah kamu sama Misell gimana? Udah kelar?"
"Udah, Ma. Kemarin Gilang bicara sama dia. Yah—walaupun itu berat untuk dilakukan, tapi setidaknya dia merasakan apa yang pernah Gilang rasain."
"Okedeh, good luck ya! Mama selalu support kamu." Bulan tersenyum sambil mengelus rambut anak lajangnya itu.
"Gil, mabar PUBG yuk!" teriak Galang setelah Bulan keluar dari kamarnya.
"Males, ah."
"Ayuk ah, besok gue traktir es krim vanilla yang banyaaakkkk." bujuk Galang sambil merangkul adiknya itu.
"Ah, ntar lo bohongin gue."
"Ngga, percaya sama gue deh. Gue janji."
"Oke, DEAL!"
Galang tersenyum mendengarnya, ia hanya berusaha menghibur saudara kembarnya saja. Apa yang dirasakan kembarannya juga dirasakan olehnya.
***
Suara ayam milik tetangga membuat lelaki berkaus hitam itu menggeliat diatas ranjangnya. Lelaki itu merasa kakinya sedang menindih sesuatu, yakni perut seseorang, terbukti dari alunan nafas yang naik turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Dla nastolatkówTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...