Happy reading!
Setelah dua hari dengan—liburan ke pantai yang singkat itu— banyak hal-hal yang terjadi diluar dugaannya. Banyak sekali yang menjodoh-jodohkan Asya dengan Gilang, tentu saja sejak kejadian mereka duet bareng. Bahkan, mereka memenangkan lomba duet acak itu.
Ricko dan Gilang geleng-geleng kepala setelah melihat poster yang tertempel manis di mading sekolah. Poster itu berisi foto dirinya dan Asya, mereka juga melakukan voting untuk mendukung keduanya agar segera dating.
Ricko menghela nafas jengah sambil melepas poster yang tertempel di mading, "Ini udah poster yang kelima dan isinya sama semua."
"Lo bener, Rick. Emang gue cocok sama si Asya?" Gilang menggeleng tak percaya.
"Cocok aja sih, menurut gue. Lo suka sama dia kan? Ngaku lo." Ricko tersenyum menggoda. Gilang hanya melirik malas kearah Ricko.
Keempat gadis berinisial 'A' itu saling diam dan menatap. Apalagi Asya yang terus-terusan menolak ketika diajak ke kantin. Ketiganya paham, saat ini Asya menjadi trending topic di sekolah. Hal itu membuat Asya tidak nyaman. Siapa yang suka menjadi bahan pembicaraan orang lain?
"Terus gimana? Lo belum makan, ntar maag lo kambuh." Alia menghela nafas pendek.
"Titip aja. Lo mau pesan apa?" sahut Azkia.
"Gue- ngga pengen makan, kalian aja." tolak Asya sambil tersenyum tipis.
"Ngga bisa gitu, lo harus makan. Gue bakal makan disini, nemenin lo." celetuk Alia ngotot.
"Gue juga." ucap Azkia dan Alisa kompak.Gadis berambut panjang dengan ombre coklat itu mendengus kesal sambil menatap lelaki dengan baju yang tidak dimasukkan itu. Setelah kejadian dua hari yang lalu, semua murid mulai mendukung kedua sejoli itu, siapa lagi kalau bukan Asya dan Gilang.
"Kenapa jadi gini sih?! Semua ini gara-gara lo!" bentak gadis ombre itu.
"Loh? Kenapa jadi salah gue? Rencana lo aja yang gagal." protes lelaki itu, Reksi.
"Terus salah gue?! Lagian lo juga ngga ngasih ide lain sama gue dan lo terima-terima aja sama ide gue. Kalo gagal ya mana gue tau!" bentak gadis itu lagi.
"Cewek emang selalu BENER! Kalo cowok salah, kembali lagi ke pasal satu." Reksi langsung melengos meninggalkan gadis itu. Sedangkan gadis itu berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya.***
Gue didepan kls lo, buruan keluar.
Satria baru saja mengiriminya pesan melalui aplikasi chat. Hal itu membuat Asya berjinjit untuk mengintip keluar. Samar-samar, ia dapat melihat sedikit rambut abangnya itu.
"Nih, makan. Gue tau lo pasti belum makan."
"Ngga usah, Alia baru aja ke kantin. Udah nitip."
"Masa? Yaudah, ambil aja. Gue udah kenyang."
"Ngga ah, gue makannya dikit."
"Terus? Ini gue buang gitu?"
"Yaudah, lo makan aja."
"Gue udah kenyanggg."
Tiba-tiba Ricko dan Gilang melewati kakak adik yang sedang berdebat itu. Gilang tampak tersenyum tipis kearah keduanya.
"Eh, Gil!" teriak Satria sambil menyuruh lelaki berlesung itu kemari. Spontan, Gilang menoleh sambil mengangkat kedua alisnya.
"Lo udah makan?" tanya Satria ketika Gilang sudah ada dihadapannya.
"Udah, tapi baru sekali." balas Gilang sambil terkekeh kecil.
"Mau makan lagi?" Satria mengernyit.
"Loh emangnya kenapa? Mau traktir gue ya?" Gilang tersenyum menggoda.
"Ngga, ini gue baru beli makanan. Tapi, Asya udah pesan makanan sama Alia." Satria menyodorkan plastik bening berisi nasi uduk.
"Buat gue?" Gilang menerima plastik itu. Kakak adik itu kompak mengangguk, "Oke, makasih yaa, bang. Rejeki anak sholeh ini mah." Gilang bersalaman dengan Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Ficção AdolescenteTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...