50

620 22 0
                                    

Dua koper berwarna abu-abu dan pink telah masuk kedalam bagasi mobil. Gilang menghela napas pelan, sungguh dirinya merasa tidak siap untuk menjalankan hubungan jarak jauh dengan Asya.

Perkataannya semalam membuat dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kalimat itu selalu berputar-putar dikepalanya.

Satu tepukan pelan dibahu lelaki itu membuatnya menoleh. Asya tersenyum simpul dengan mata yang sedikit berair.

Manik mata lelaki itu menatap Asya tanpa berkedip. Mungkin, ini adalah terakhir kalinya Gilang menatap Asya secara langsung, bukan dari foto ataupun video. Sebenarnya daritadi otaknya menyuruhnya untuk segera memeluk Asya. Namun hatinya justru berkata lain, seolah-olah menyuruhnya diam tak bergerak.

"Kamu kenapa melamun sih?" Pertanyaan Asya membuat dunia Gilang kembali seutuhnya.

"Kamu cantik, Sya. Cantik banget."

Pipi gadis itu merona kemerahan, pujian itu emang sudah sering ia dengar, tetapi ntah mengapa untuk kali ini rasanya sedikit berbeda.

Gadis itu mengenakan sweater berwarna putih dengan sebuah gambar panda ditengahnya, yang dipadu padankan dengan rok abu-abu yang mengembang sampai ke tengah betis. Pokoknya cantik banget deh. Apalagi rambutnya yang hari ini gadis itu tata secantik dan serapi mungkin.

Suara pintu terdengar tertutup, kedua orang tua Asya muncul dengan senyuman hangat. Dan tak lama setelahnya, mereka berempat masuk kedalam mobil.

***

Selama diperjalanan menuju bandara, Gilang dengan sengaja menggenggam jari jemari gadis itu. Terlihat sedang mengungkapkan bahwa Gilang hanya ingin bersamanya saja. Gilang tidak bisa membayangkan, bagaimana kesehariannya tanpa melihat gadis itu.

"Nanti jangan nangis ya." Gumam Asya seraya mengeratkan genggamannya.

Gilang tertawa kecil, "Kalo aku nangis emangnya kenapa?"

"Jangan, nanti aku takutnya ngga bisa ngusap airmata kamu."

"Loh, kenapa gitu?"

"Kalo kamu nangisnya pas aku udah masuk kedalam ruang boarding pass kan sama aja bohong."

"Iya juga sih. Berarti aku nangisnya pas sebelum kamu masuk kesana, gimana?"

"Kok kamu malah nawar-nawar sih? Emangnya kamu mau nangis beneran?"

"Aku ngga bisa jamin sih." Lelaki itu terkekeh seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kamu kapan berangkat ke Surabaya?" Tanya Asya dengan sebelah alis yang terangkat.

"Minggu depan. Soalnya pake sistem online."

"Galang berangkat kapan?"

"Besok, barengan sama Alia."

"Dua bucin itu emang ngga bisa dipisahkan, Sya. Lihat aja, mereka bisa sekampus gitu. Jujur aja aku iri."

"Itukan hanya kebetulan aja. Lagian nih, sepasang kekasih yang ketemu lagi di dunia perkuliahan itu seru sih, tapi ngga menjamin mereka jodoh apa engga."

"Dari situ kita bisa ambil kesimpulan bahwa dua orang yang selalu bersama belum tentu mereka bersama nantinya. Jadi santai, Gil."

Gilang menghela napas jengah seraya memaksakan untuk tersenyum. Lelaki itu bahkan tidak menyangka bahwa hatinya terasa sakit untuk melepaskan Asya. Mungkin menurut sebagian orang, apalagi yang jomblo, itu terkesan sedikit 'lebay'.

Tapi mendingan nih, si jomblo atau para jomblo punya pacar dulu. Baru deh ngerasain gimana rasanya long distance relationship sama orang yang dulunya selalu bareng. Itu nyesek banget:")

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang