10

1.1K 45 0
                                    

Gadis berambut panjang dengan cepolan asal itu berniat akan menjumpai gadis yang telah merebut Gilang darinya. Siapa lagi kalau bukan Misell Anastaya?

Ciri-ciri sudah jelas. Rambut coklat sebahu dan ransel hitam dengan  gantungan tas unicorn. Dan sosok gadis itu tengah berdiri didepan gerbang sambil melirik kearah arlojinya.

Ricko sudah pulang bersama Azkia sejak tadi, padahal Gilang ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat. Tapi ya sudahlah, bucin mah bebas. #bucin-budak cinta.

Saat hendak membuka pintu mobilnya, lelaki berlesung pipi itu mengernyit saat melihat sebuah mobil hitam masih terparkir manis disebelah mobilnya.

"Ini mobilnya Asya kan? Bukannya dia udah balik daritadi?"
"Alia juga udah pulang bareng Galang dari sepuluh menit yang lalu. Aneh."

"Gimana?! Bahagia bisa rebut cowok gue? Iya?!" teriak Misell geram ketika Asya sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
"Punya mulut kan lo?! Lo bisu yaa?!" lanjut perempuan itu.

Asya mengerjap kaget. Otaknya berpikir keras saat mengingat kembali perkataan perempuan ini kemarin. Gilang adalah pacarnya dan gue ngga boleh deket-deket sama Gilang lagi, begitu pikir Asya.

"Bangsat! Jawab gue!" Misell sangat kesal, tangannya ingin segera menampar gadis itu sekarang. Namun dengan cepat, ada seseorang yang menahan pergerakan gadis itu.

Dan orang itu adalah Satria, abangnya. Asya membulatkan matanya tidak percaya.

***

Gilang berhenti ketika melihat Satria, seniornya sedang menahan pergelangan tangan seorang gadis. Tentu saja ia mengenalnya, karena itu adalah Misell.
Sedangkan Asya menatap keduanya tidak percaya.

"Lo berani nampar dia? Lo harus lewatin gue dulu." ucap Satria datar.
"Gue ngga peduli mau lo cewek apa bukan. Tapi sikap lo udah kelewat batas wajar." lanjutnya.

"Eh, diem ya lo! Gue ngga ada urusan sama lo. Lepasin tangan gue!" ucap Misell tak mau kalah.
"Tentu ada urusannya sama gue. Karena gue-" Asya melotot kearah abangnya itu, Satria hanya bisa mengatupkan mulutnya.
"Udah ah, Asya yuk pulang." ajak Satria sambil membukakan pintu.

"Satria? Asya? Misell?" gumam lelaki itu.

Gilang mengendarai mobilnya tidak tenang. Pikirannya seakan melayang-layang tak tentu arah. Otaknya terus bekerja memikirkan apa kaitannya ketiga orang tadi? Apakah Asya dan Satria berpacaran? Yang lebih heran lagi, Satria mengendarai mobil yang sama dengan gadis itu. Yang artinya mereka satu mobil. Gilang bingung.

Akibat tidak fokus mengendarai mobilnya,  Gilang hampir saja menabrak kendaraan lain yang berada didepannya. Untung saja pikirannya cepat kembali untuk berpikir jernih.

"Asya? Satria? Apakah punya something?" gumamnya.

Dua insan kakak beradik ini saling diam. Padahal daritadi Satria sudah tidak tahan ingin menanyakan sesuatu kepada adiknya, Asya. Mengapa gadis berpakaian ketat itu ingin menampar Asya. Pasti ada alasannya.

"Ada apa sama cewek itu?" Satria akhirnya bersuara setelah mobilnya berhenti disaat lampu merah. Asya menoleh sambil mengendikkan bahunya.

"Ck. Gue serius, ada apa, Sya?"
"Dia tiba-tiba datang. Trus langsung marah."
"Dia marah pasti ada alasannya kan? Ngga mungkin dia main marah ngga jelas bahkan tadi dia mau nampar lo."
"Ntah, ngga tau."
"Atau ini semua gara-gara cowok?"

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang