02

3.5K 99 2
                                    

Keluarga Pradikta menyantap sarapan dengan tenang. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang beradu. Pagi ini hari pertama masuk sekolah setelah kenaikan kelas.

Gilang melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06:15. Artinya ia dan Galang harus segera berangkat agar tidak terlambat ke sekolah.

Gilang mengambil ranselnya dan segera berpamitan dengan Bulan dan Bagus, orang tuanya.

"Ma, Pa, Gilang berangkat yaa. Assalamualaikum." ucap Gilang sambil bersalaman dengan keduanya.

"Iya, hati-hati di jalan. Jangan ngebut, pelan-pelan aja." Bulan mengingatkan.

"Iya, Ma." Galang menimpali.

Asya mengecek penampilannya sekali lagi. Penampilannya natural, dengan bedak bayi dan olesan lipbalm yang tipis agar tidak terkesan pucat. Gadis itu mengambil ranselnya dan segera turun kebawah. Pasti keluarganya sudah menunggu.

"Selamat pagi anak Ayah." Goda Hatta, Ayahnya.

"Selamat pagi, Yah." Asya tersenyum.

Safira dan Satria juga tak lupa memberikan sapaan selamat pagi.

***

Mobil hitam milik si kembar tiba di parkiran SMAN Pancasila, Gilang keluar lebih dulu karena dia duduk dibangku penumpang. Rasanya libur terlalu cepat untuk bisa menginjakkan kaki di sekolah ini lagi.

Gilang berjalan di koridor dan mendapati kedua sahabatnya, yakni Rifan dan Ricko.
Rifan Pratama, si cowok tengil dan humoris ini merupakan salah satu most wanted di SMAN Pancasila. Didukung oleh wajahnya yang tampan dan sering digandrungi oleh cewek-cewek Pancasila.

Ricko Alfiansyah, si cowok rese yang suka gombalin cewek-cewek Pancasila. Wajahnya yang tampan membuat para cewek di sekolah ingin mendapatkan hatinya.

"Hai, bro. Apa kabar lo?" tanya Rifan.

"Mana si Galang? Kalian ngga bareng?" sahut Ricko.

"Ada dibelakang. Ntar juga nyusul" jawab Gilang sekenanya.

Asya turun dari mobil abangnya-Satria, lebih dulu. Memang selalu begitu. Pasalnya satu sekolah tidak mengetahui kalau Asya dan Satria adalah adik-kakak. Ntah apa alasannya, yang jelas mereka menyembunyikannya.

"Hai, Asyaaaaaa. Ah, apa kabar lo? Gimana sekarang udah panjang lebar kan kalo ngomong?" Alia tertawa. Asya hanya mengangkat bahunya.

Alia Ghina, salah satu sahabat Asya yang rese', ngeselin, heboh dan rada jutek. Wajahnya yang manis dengan beralis tebal dan lesung pipi di pipi kanannya. Mereka berdua sudah bersahabat sejak duduk dibangku sekolah dasar.

"Rese' lo, Li. Mana yang lain?" tanya Asya.

"Belum liat mereka sih, cari yuk." jawab Alia sambil terkekeh.

Asya dan Alia berjalan sampai kedepan mading sekolah di koridor utama. Asya melihat kedua sahabatnya yang tengah tertawa disana. Yaitu Azkia dan Alisa.

"Alisa! Azkia! Gue kangeeennn." teriak Alia.
Asya hanya menggelengkan kepalanya. Pasalnya semua orang menoleh karena teriakan Alia.

"Gue juga kangen. Eh yang irit ngomong sama lo ya, Li?" Azkia melirik Asya yang menatapnya datar.

"Iya nih. Masih sama aja dia mah. Irit banget kalo ngomong, heran. Emaknya ngidam apa sih pas hamil dia?" Alia menimpali sambil menyenggol lengan Asya. Asya diam, tak menjawabnya. Lalu ketiganya serempak tertawa.

***

Setelah apel pagi, semua siswa Pancasila pergi menuju mading untuk melihat daftar pembagian kelas. Asya dan ketiga sahabatnya masih setia berada di pinggir lapangan, alasannya tidak suka berdesak-desakan. Mengalah itu lebih baik.

Gilang,Galang,Rifan dan Ricko sudah ngacir kedepan mading. Mereka mencari nama masing-masing, dan ketemu. Gilang dan Galang dikelas yang berbeda. Rifan sekelas dengan Galang dan Ricko sekelas dengan Gilang.

"Yah, kita ngga sekelas bro." keluh Rifan.

"Santai aja kali, Fan. Yang penting masih satu sekolah dan bisa ketemu tiap hari." ucap Gilang.

"Iya-iya. Yaudah kantin yuk, laper gue." ajak Galang. Ketiga mengangguk dan segera menuju kantin.

Kawasan depan mading sudah mulai sepi, Asya dan ketiga sahabatnya menuju kesana. Asya mencari namanya dan ketemu. Gadis itu berada di kelas XI IPA 1 bersama dengan Alia. Sedangkan Azkia sekelas dengan Alisa di kelas XI IPA 2.

"Bentar deh. Kok gue sekelas sama Ricko sih?!" teriak Azkia.

"Udah takdir." ejek Alia, Asya dan Alisa hanya tertawa.

"Ihhhh, dasar Alia kampret. Sini lo!" teriak Azkia sambil mengangkat lengan bajunya keatas.

"Wleee, kejar aja gue kalo bisa." Alia tertawa sambil berlari.

Sedangkan Azkia ikut berlari mengejar keduanya dan Asya tersenyum tipis.

"Terima kasih Tuhan telah menghadirkan mereka dalam hidupku."

⛔⛔⛔

Chapter dua update. Gimana lanjut? Jangan lupa vote yaaa🌟

naenakhmsy__

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang