48

621 23 0
                                    

Seharusnya aku melindungimu, bukan melecehkan apalagi merusak. -Gilang Pradikta

🎏🎏🎏

Kedelapan orang yang mulai beranjak dewasa itu menghela napas secara bergantian. Sore ini seusai pulang sekolah, mereka menyempatkan diri untuk mampir di-rooftop rumah si kembar. Its ok, no problem, begitu kata Ricko.

"Semua ciptaan Tuhan itu ngga ada yang pernah sia-sia." Gumam Ricko seraya tersenyum tipis.

Gilang mengangguk, "Yap, betul."

"Contohnya ngga usah jauh-jauh deh, misalnya aja keempat cewek yang udah berhasil mencuri hati kita." Rifan menyahut dengan kekehan.

"Stop kau mencuri hatiku.. hatiku.." Ricko malah menyanyikan lagu milik Dewi Persik.

Sontak saja, ketujuh orang itu hanya tertawa sebagai balasan. Bahkan Ricko bernyanyi sambil berjoget-joget.

Azkia menutup wajahnya, "Bukan cowok gue."

Gilang yang mendengarnya langsung bersorak heboh, "Wah, Rick! Masa lo ngga diakuin sama Azkia."

Ricko berhenti dari jogetnya, "Ngga diakuin gimana sih?" Keningnya berkerut dalam.

"Ngga diakuin sebagai pacar, upil onta." Sahut Rifan seraya terkekeh.

Ricko malah tertawa cekikikan seraya langsung memeluk gadis itu erat. Azkia yang merasa malu saat diperhatikan langsung meronta agar dilepaskan.

"Utututut... Aku ngga gitu lagi deh." Ucap Ricko seraya menyengir lebar.

"Lepasin, Ricko. Aku sesak napas nih." Azkia malah asyik melepaskan pelukan dari lelaki itu.

"Tapi maafin aku dulu, yang. Baru aku lepas." Ricko malah tertawa seraya melempar kedipan genit kearah Gilang.

"Dasar homo." Seru Gilang dengan raut wajah jijik dan geli.

"Iya-iya, lepasin, Rick." Azkia mengatakan itu agar pelukan yang cukup menyiksa ini segera terlepas.

"Oke, senyum dulu dong." Setelah Ricko melepaskan pelukannya, lelaki itu malah menarik pipi Azkia agar tersenyum.

"Yaelah, paksa amat, Rick." Sahut Rifan seraya tertawa bersama Gilang.

Azkia menghela napas pelan, "Iya-iya, nih aku senyum."

Ricko menepuk tangannya, "Nah, gitu dong. Baru deh, kamu semakin kelihatan cantik."

"CIE....." Beo keenamnya seraya bersiul-siul dengan nada menggoda.

Ricko langsung merangkul gadis itu dan membelakangi keenamnya, sementara Azkia terus menahan senyumnya yang terus memaksa untuk merekah.

***

Gadis dengan rambut sebahu itu duduk didekat meja belajarnya. Tangannya bergerak kearah leher seraya meraba kalung yang diberikan oleh Gilang waktu lalu.

Bibirnya tertarik keatas dan detak jantungnya berdegup kencang. Sekali lagi, Asya sungguh bersyukur bisa bertemu Gilang. Lelaki itu bak pahlawan ketiga setelah Ayah dan abangnya.

Gilang❤: Beb, siap-siap yaa. Aku jemput kamu sekarang:)

Satu pesan dari orang yang baru saja gadis itu pikirkan muncul. Ah, telepatinya memang sangat kuat ya. Langsung saja Asya mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Asya: Loh, kamu udah dimana emangnya?

Gilang❤: Udah hampir sampai sih, aku lagi didepan minimarket, beli air, hehehe.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang