33

668 35 0
                                    

Happy reading sayangggg!♡

🐻🐻🐻

Dua minggu kemudian...

"Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda diantara kita." Alia menyanyikan lagu milik Hivi- Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi.

"Ehem, kode buat siapa tuh?" Rifan ikut berceletuk seraya melirik kearah Asya yang tengah membaca buku fisika.

"Buat Asya dan Gilang lah." Alia terkekeh pelan.

"Acie.. Tinggal Gilang aja yang tinggal maju selangkah. Jadi deh." Rifan terkekeh dengan Galang.

"Ngomong-ngomong, kita tau apa yang terjadi kemarin sore. Romantis ya?" Ucap Alia dengan nada menggoda.

Mata Asya langsung membulat ketika mendengarnya, jantungnya lagi-lagi berdebar kencang. "Ha-ah?"

Rifan tertawa pelan, "Duh, pipinya merah. Kita semua liat kok."

"Cie.. Pipinya merah." Alia ikutan meledeknya.

Asya meletakkan jari telunjuknya ditengah bibir agar mereka bertiga tidak membuat satu sekolah heboh. Justru mereka malah semakin tertawa dan menggoda Asya yang wajahnya sudah merah padam. Asya geram dan akhirnya beranjak dari sana lalu segera menuju toilet.

"Yah, Asya kabur." Ucap Galang seraya menutup buku fisika yang tersampul plastik itu.

"Merah banget pipinya. Merona kayak rexona." Rifan terkekeh pelan.

"Duh, cute banget sahabat gue. Pipinya merah-merah gitu, Humairah."

Gilang dan Ricko hendak menuju ruang guru, guna mengantar beberapa buku tulis untuk dikumpulkan dimeja Pak Andrea.
Demi apapun Gilang terkejut saat ada lengan yang tak sengaja menyenggol tubuhnya dengan cepat. Untung saja, buku-buku itu tidak jatuh berserakan di lantai.

"Wah, siapa tuh?! Sembarangan aja kalo lari, pake nunduk segala lagi." Protes Ricko tidak terima.

"Biasa aja kali. Yang kena tabrak gue, yang ngomel elo. Gue tau itu siapa, santai." Gilang tetap menoleh kearah belakang, padahal tubuh gadis itu perlahan menghilang bak ditelan lautan manusia.

Ricko mendengus pelan, "Siapa?"

"Calon pacar gue lah. Gue susul dulu." Gilang langsung meletakkan buku yang dipegangnya keatas tumpukan yang dipegang oleh Ricko.

"Astagfirullah! Awas lo, Gil. Dasar bucin." Ricko berteriak kencang.

"Ih, ngga nyadar." Ledek Harry seraya tertawa, Ricko hanya melirik lelaki itu malas. *Harry poster numpang lewat ya gais, wkowkwok, eh.

***

Gadis berambut coklat sebahu itu menghela napas pelan, wajahnya memang benar-benar merah. Ah, Asya malu sekali rasanya. Ternyata ucapan Gilang kemarin harus di ralat. 'Bukan cuman gue, lo, dan Tuhan yang tau. Tapi keenam teman kita juga.' Itu perlu digarisbawahi.

Asya terkejut saat melihat lelaki berlesung pipi itu sudah ada didepan toilet perempuan, tapi tidak mengintip yaa. Gilang yang tersadar langsung tersenyum lebar. Kalo ketemu Asya emang bawaannya pengen senyum mulu deh. Acie...

"Gue mau ngomong sama lo, kesana yuk?" Lelaki itu menunjuk kesalah satu tempat duduk berbentuk jamur.

Asya mengikuti langkah lelaki itu dengan berjuta pertanyaan yang melintasi kepalanya. Tak lama, Gilang malah mengeluarkan dua bungkus permen karet.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang