Bel pulang berbunyi, membuat Alia berlari menuju UKS. Gadis jutek itu membawa tas Asya kesana. Pasalnya Asya belum balik ke kelas sejak istirahat tadi.
"Gue anterin pulang ya. Hehe." kekeh Gilang sambil mengambil sepatu gadis itu.
"Ngga usah." tolak Asya halus.
"Oh iya, lo kan bawa mobil. Lupa." kekeh Gilang lagi.Mobil? Oh iya, tadi Asya keluar dari sana bertepatan dengan keluarnya Gilang dari mobilnya.
"Asya, yuk pulang. Kak Sat...." Alia langsung berhenti melanjutkan kalimatnya setelah Asya melotot kearahnya.
"Yuk, pulang." ucap Asya sambil berjalan kearah Alia.
"Gil, makasih." lanjut Asya dengan tersenyum tipis.Mungkin Gilang akan mengira bahwa gadis itu sama sekali tidak tampak tersenyum.
***
"Gil, gue cabut duluan ya. Ngga enak badan nih gue." ucap Galang via telpon. Lelaki itu mengangguk, lalu memutuskan sambungan.
Gilang mengernyit saat mobil disebelahnya sudah tidak ada lagi disana. Tandanya gadis itu sudah pulang.
"Kenapa gue jadi khawatir gini sih?" tanya Gilang pada dirinya sendiri."Lo tadi pingsan? Kok bisa?" tanya Satria selama perjalanan.
Mungkin pertanyaan itu sudah lebih dari sepuluh kali keluar dari mulut Satria.
"Ya bisalah. Manusia." balas Asya dengan jawaban yang sama.
"Kenapa bisa pingsan?" tanya Satria lagi.
"Ntah." balas Asya dengan mengendikkan bahu."Gue serius nanya. Jawab yang bener dong." decak Satria. Asya hanya melirik abangnya itu tanpa niat menjawab.
"Rese' kalo lagi khawatir." ucap Asya tanpa suara.Mobil Gilang tiba dirumahnya. Pintu utama sangat terbuka lebar. Ada apa? Ada tamu yang datang? Tapi tidak ada mobil atau kendaraan lain disini.
"Kamu masih mau datang kesini? Setelah kamu ngecewain Gilang?" tanya Bulan dengan hati-hati.
"Saya kesini mau minta maaf, tan." balas gadis itu.
"Gilang sudah memaafkan kamu kok. Lebih baik sekarang kamu pulang. Takutnya Gilang udah pulang." ucap Bulan.Rahang Gilang mengeras dengan tangan terkepal. Dia kenal dengan suara yang sedang berbicara dengan Mamanya. Deru nafasnya naik turun. Sebisa mungkin lelaki itu menahan emosi agar tidak meledak nantinya.
Gadis itu beranjak dari duduknya dan Bulan mengantarnya sampai kedepan pintu. Keduanya terkejut saat mendapati Gilang yang berdiri disana dengan tangan yang mengepal.
"Gilang? Maafin gue. Gue tau.. Gue banyak salah sama lo." isak gadis itu dengan bertekuk lutut. Gilang tidak menyahut.
"Lo pasti udah muak kan sama gue? Iyakan?! Gue emang ngga pantes dapat cowok baik kayak lo." Gadis itu menangis.
"Kalo udah tau, ngapain nanya." sahut Gilang ketus."Udah. Sana pulang. Gue udah males liat muka lo lagi." usir Gilang dengan dagunya. Tanpa melihat gadis itu pergi, Gilang langsung masuk dan bergegas masuk ke kamarnya.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Bulan hanya bisa mengelus pundak gadis itu, berupaya menenangkannya.
***
Keesokan paginya, kegiatan yang masih sama dengan diawali sarapan pagi bersama. Hari ini, Asya akan diantar oleh Hatta. Karena Satria ada agenda keluar sekolah untuk pertandingan basket.
Setelah memarkirkan mobilnya, Gilang segera keluar. Dahinya mengerut, mobil yang Asya tumpangi kemarin belum terparkir disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...