Jangan gengsi untuk memberikan kabar
lebih dulu kepada pasanganmu, agar
tidak ada salah paham dalam
hubunganmu. -Asya Wahyuningrum—————————
Lima bulan kemudian...
Asya baru saja keluar dari halaman kampus seraya terus memegang ponsel pintarnya untuk memesan ojek online agar segera kembali ke kosannya. Satu rangkulan membuat gadis itu berjungkit kaget setelah melihat Yudis yang tersenyum seraya menaik turunkan alisnya secara bergantian.
"Mesan ojek online lagi?" Tanyanya seraya mencubit pipi gadis itu dengan gemas.
"Apaan sih, Yud. Udah deh." Balas Asya seraya melepaskan rangkulan lelaki itu.
"Kenapa? Nanti si Gilang itu marah?"
Pertanyaan itu sontak membuat gadis itu langsung menatapnya tidak suka.
"Gilang kan emang pacar aku. Jadi aku harus hargai dia."
"Udah deh, Sya. Gilang pasti juga nempel sama cewek-cewek di Unair sana."
"Kalau pun emang gitu, seenggaknya dia tau kalo hatinya buat siapa."
"Hahaha, bucinnya udah level akut banget sih. Emang kuat hubungan jarak jauh gini?" Yudis tertawa sinis diakhir kalimatnya.
"Itu mah kamu, bukan saya."
Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, tepat dengan datangnya bapak ojek online yang sudah ia pesan dari aplikasi itu. Hal ini membuat gadis itu merasa lebih lega. Tapi, kalimat Yudis tadi sedikit terngiang-ngiang dikepalanya.
"Hey yo whatsapp guys!" Teriak Gilang membuat teman tongkrongannya tertawa.
"Girang amat lo, Gil." Ucap Khalid, mahasiswa rantauan dari Jakarta.
"Kalo Gilang diam, itu bukan dia." Celetuk Hans, mahasiswa rantauan dari Bogor.
"Iya juga sih." Angguk Samuel, mahasiswa rantauan dari Medan.
"Kelen udah makan?" Tanya Gilang dengan logat Medannya Sam.
"Udah, bro. Lo sih lama amat keluar dari kelas." Sahut Khalid dengan kekehan.
"Biasa lah wak, apelin si Lia dulu." Balas Sam seraya tertawa.
"Kampret. Kan gue udah bilang, gue punya pacar di Padang." Ucap Gilang seraya memukul kepala Sam dengan sumpit yang ia pegang.
"Anjir, sakit kali kepalaku kau buat." Sam mengaduh seraya mengusap kepalanya.
"Di Padang? Kalian long distance relationship?" Tanya Hans dengan kening yang berkerut.
Gilang mengangguk seraya memakan mie ayam yang sudah ia pesan.
"Kenapa emangnya?" Tanya Gilang setelah selesai mengunyah mie ayamnya.
"Temen gue ada yang di Padang juga soalnya." Lelaki bernama Hans itu tertawa kecil diakhir kalimatnya.
"Nggak penting banget, njir." Decak Sam seraya menatap Hans dengan sinis.

KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...