Dua hal yang saat ini gadis itu pikirkan, pertama ia tidak tau dimana alamat rumah Gilang. Kedua, ia masih terlalu takut mengendarai mobil. Bukannya tidak bisa, waktu itu ia pernah belajar dengan Satria. Namun sudah lama ia tidak bermain dengan rem dan pedal gas lagi.
Gadis itu menghela nafas gusar. Masih saja ia mengucapkan kalimat doa agar lelaki itu segera sadar. Otaknya seperti berhenti berpikir, jalan buntu.
"Gal, si Gilang mana? Kok dia belum balik?" tanya Bulan sambil menoleh kearah Galang dengan cemas.
"Perasaan Mama ngga enak nih, Gal." lanjut Bulan.
"Mama tenang yaa, biar Galang coba telfon deh." sahut Galang sambil tersenyum.
"Nih bocah kemana sih? Kok belum pulang?" batin Galang.Asya berusaha mencari sesuatu yang bisa menunjukkan alamat rumah Gilang. Tapi kalau dipikir-pikir, tidak mungkin Gilang menyelipkan sesuatu seperti kertas yang berisi alamat rumahnya. Tidak mungkin kan Gilang lupa alamat rumahnya sendiri?
Gadis itu tidak berputus asa, ia masih berusaha menemukan sesuatu yang bisa menjadi petunjuk. Tak sia-sia, akhirnya ponsel Gilang ia temukan yang berada di dalam saku hoodienya.
Maafin gue, Gil. Udah lancang. Tapi ini darurat banget. Batin Asya berucap.
Gadis itu membuka lock screen pada ponsel lelaki itu yang wallpapernya menunjukkan potret dirinya bersama sang Mama. Romantis memang, karena sangat jarang sekali remaja sekarang memasang wallpaper ponselnya dengan sang Mama. Paling-paling dengan gebetan atau pacar. Dan untung saja, ponsel Gilang tidak berpassword sama sekali. Cukup ceroboh. Tapi menguntungkan untuk gadis berambut coklat itu.
***
Galang mendengus kesal, sudah lebih dari sepuluh kali ia mencoba menghubungi kembarannya namun panggilannya tidak terjawab. Gilang dimana sekarang? Apa sedang dalam perjalanan pulang? Galang bertanya dalam hati.
"Gimana, Gal? Udah ada balasan?" tanya Bulan dengan tangan yang ditautkan.
"Lagi di jalan, Ma." balas Galang dengan senyuman, ia terpaksa berbohong agar Mamanya tidak khawatir.
"Semoga lo nyampe bentar lagi." doa Galang dalam hati.Akhirnya mobil milik Gilang sampai di rumahnya. Asya menghela nafas lega karena selamat sampai tujuan. Pasalnya jantungnya berdebar kencang saat sedang mengendarai mobil Gilang tadi. Rasanya jantungnya tidak berada ditempatnya lagi.
Bulan dan Galang yang mendengar suara mobil memasuki pelataran rumah segera keluar. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati seorang perempuan berseragam putih abu keluar dari pintu kemudi.
"Loh, Asya? Gilangnya mana?" tanya Galang to the point.
"Dia pingsan. Tolong dibawa ke kamarnya sekarang." balas gadis itu sambil membuka pintu penumpang.
"Kok bisa? Ya Allah kembaran gue bisa pingsan juga ternyata, keren lo, Gil." Galang sempat-sempatnya melawak dalam kondisi seperti sekarang. Aneh. Asya sampai menggelengkan kepalanya.Bulan panik, tentu saja. Orang tua mana yang tidak panik saat mendapati anaknya pingsan. Ditambah wajah Gilang sangat pucat pasi, matanya terpejam, sangat tenang.
Setelah Gilang berbaring ditempat tidur, barulah Asya menjelaskan kepada Bulan dan Galang. Keduanya sungguh tidak percaya, Gilang termasuk orang yang jarang atau tidak pernah pingsan sekalipun ia sangat lelah. Lalu, Bulan mengucapkan terima kasih karena telah mengantarkan Gilang pulang.
"Makasih yaa, sayang. Udah anterin Gilang. Kalo ngga ada kamu, tante ngga tau apa yang bakal terjadi sama dia." ucap Bulan dengan tersenyum, diakhir kalimat Bulan memeluk Asya sebentar.
"Iya,sama-sama. Kalo gitu saya pamit pulang, tante." Asya bersalaman dengan Bulan.
"Kalo gitu biar Galang yang anterin kamu. Sekali lagi makasih yaa."
"Sya, yuk gue anter." Galang berjalan menuju mobilnya. Gadis itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...