Marah

3K 108 6
                                        

Maafkanku membuatmu marah, aku hanya tak ingin kehilanganmu.
~Raymond ~

Raymond menjemput Diandra untuk berangkat sekolah bersama.

"Ngapain kamu disini?"

"Jemput kamu"

"Aku enggak mau berangkat sama kamu"

"Kenapa?"

Diandra bergegas berjalan keluar gerbang rumahnya, Raymond mengejar dan mencekal tangan Diandra.

"Apa lagi sih?"

"Kamu marah?"

"Menurut kamu?"

Raymond memegang kedua bahu Diandra membawa Diandra saling berhadapan dengannya.

"Maafkanku membuatmu marah, aku hanya tak ingin kehilanganmu"

Diandra menatap mata Raymond, Diandra melihat kesenduan dari kedua mata Raymond.

"Tapi, enggak seharusnya kamu kaya begitu"

"Iya, aku tau aku salah. Tapi, wajarkan aku takut kehilanganmu?"

"Iya, tapi aku enggak akan meninggalkan kamu"

Raymond membawa Diandra kedalam dekapannya. Diandra mengelus lembut punggung Raymond yang berbalut jaket bomber. Raymond sendiri menciumi rambut Diandra.

"Aku sayang sama kamu Diandra"

"Ya udah ayo berangkat nanti telat"

"Aku naik motor hari ini, enggak apa-apa kan?"

Diandra seperti mengingat sesuatu akan motor sport.

"I.. Iya"

"Mau aku bantu naiknya?"

"Enggak perlu aku bisa"

"Oke"

Diandra tiba-tiba seperti sesak, ada bayangan-bayangan yang berputar dalam ingatannya.

"Apa aku pernah naik motor sebelumnya?"

Raymond tidak mendengar pertanyaan lirih dari Diandra karena deru motornya.

Sesampainya di sekolah Diandra melihat Andra dan Beni yang sedang mengobrol di parkiran dengan bersandar pada masing-masing motor sportnya.

Ketika Diandra tidak sengaja melihat motor sport Andra, Diandra merasakan pusing yang begitu hebat hingga akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

Raymond yang melihat Diandra pingsan setelah memarkirkan motor langsung menggendong Diandra dan membawanya ke UKS.

Andra dan Beni yang melihat kejadian tersebut ikut berlari menuju UKS.

"Dok, tolong Diandra pingsan"

"Baik akan Say periksa, lebih baik kamu tunggu diluar saja"

"Baik dok"

Raymond berjalan keluar UKS, diluar UKS berdirilah Andra dan Beni.

"Diandra kenapa?"

"Pingsan"

"Dia lagi sakit?"

"Enggak, kenapa lo nanya-nanya sih? Dia kan cewek gue bukan cewek lo"

"Dia teman kelas kita, kenapa masalah buat lo?"

Raymond mencengkram kerah kemeja Andra, dan menatap sinis Andra.

"Jelas masalah buat gue, Diandra cewek gue. Dia bukan cewek lo yang udah mati"

Bugh

Andra meninju pipi Raymond. Bibir Raymond mengeluarkan darah segar.

"Maksud lo apa? Bahas almarhum cewek gue?"

"Kenapa enggak suka lo? Cewek lo memang sudah mati karena kesalahan bodoh lo"

Andra terpaku akan perkataan Raymond yang menyayat kembali hatinya yang belum sembuh total akan kepergian Athala.

Bugh

Raymond meninju Andra hingga Andra limbung dan terjatuh.

"Ndra lo enggak apa-apa?"

"Gue baik-baik aja Ben"

Beni menautkan kedua alisnya dan menatap Raymond.

"Kok lo kayanya tau semua perihal Andra dan meninggalnya pacarnya Andra yaitu Athala, tau dari mana lo?"

Raymond terdiam karena pertanyaan yang keluar dari mulut Beni.

Andra pun terkejut baru sadar, akan perkataan Raymond yang memang sangat mengetahui perihal dirinya dengan Athala.

"Jawab, atau gue sama Andra cari tau sendiri?"

Dokter keluar dari UKS dan memberitahukan bahwa Diandra sudah siuman.

Raymond bergegas masuk kedalam UKS begitupun dengan Andra dan Beni.

"Kamu baik-baik aja?"

"Lo baik-baik aja?"

Raymond dan Andra bertanya kepada Diandra secara bersamaan.

"Baik-baik aja kok, kalian enggak pada masuk kelas?"

"Enggak"

Andra, Raymond, Beni menjawab secara bersamaan membuat Diandra tertawa.

"Kalian kompak deh kaya paduan suara"

"Ogah"

Ucap mereka bertiga secara bersamaan lagi.

"Tuh kan kompak lagi"

Pasangan Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang