Tangisan

4.7K 190 1
                                    

Andra malam ini terlihat sangat rapih memakai kemeja flanel yang lengannya di gulung sampai sikut, celana jeans, jam tangan bermerk dan sepatu kets berwarna putih bersih.

"Aden rapih sama wangi bener, mau kemana den?"
"Eh bi Asri, Andra mau ngapel"
"Atuh masa mau ngepel teh rapih sama wangi banget"

Andra menaikkan satu alisnya dan geleng-geleng kepala.

"Ngapel bi, maksudnya main ke rumah pacar gitu"
"Oh gitu, emang aden punya pacar?"
"Masa orang ganteng kaya gini ga punya pacar"
"Makanya di ajak main kesini den"
"Iya bi, ya udah Andra pamit"

Andra mencium punggung tangan bi Asri yang tak lain asisten rumah tangganya, dia menganggap bi Asri seperti orang tuanya sendiri. Sebelum ke rumah Athala dia menyempatkan diri untuk membeli bunga, boneka dan coklat untuk Athala. Tidak membutuhkan waktu lama tepat pukul 7 malam Andra sampai di rumah Athala.

Ting...tong...ting...tong...

Pintu rumah Athala terbuka menampilkan Athala yang tersenyum menyambut kedatang Andra. Andra memberikan bunga, boneka, juga coklat yang dia beli sebelum ke rumah Athala.

"Terimakasih, masuk dulu gw mau ngambil tas gw"

Andra masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Andra memperhatikan sekitar, rumah Athala terlihat sepi.

"Thal rumah lo sepi?"
"Ya, ortu gw lagi makam malam sama teman kerja ayah"
"Oh gitu"
"Oh ya Ndra hp lo ketinggalan di tas gw dan maaf tadi gw ngangkat telpon di hp lo soalnya ada yang nelpon lo berkali-kali katanya sih dari rumah sakit jiwa"

Andra terkejut akan perkataan Athala. Andra mengguncangkan tubuh Athala dan mencengkram bahu Athala sampai Athala meringis.

"Lo kenapa?"
"Apa katanya?"
"Nyonya Andin kambuh"
"Kita ke rumah sakit jiwa sekarang"

Andra menarik tangan Athala kasar.

"Buruan naik"

Andra melajukan motornya gila-gilaan dan sesampainya di rumah sakit jiwa dia berlari tergesa-gesa di ikuti Athala yang berlari di belakangnya.

"Mama"
"Andra kamu sudah sampai?"
"Bagaimana keadaan mama dok?"
"Sekarang dia sudah tidur"
"Alhamdulillah"
"Kalau gitu saya tinggal dulu"
"Terimakasih dok"

Andra berdiri di samping tempat tidur wanita paruh baya dan Athala mendekati Andra yang terlihat sangat khawatir.

"Ndra, siapa ibu ini?"
"Nyokap gw"
"Oh gitu"
"Kenapa? Lo mau ninggalin gw setelah tau keadaan keluarga gw?"

Suara Andra meninggi, matanya menatap tajam Athala dan Andra mencekal tangan Athala kasar sampai Athala meringis kesakitan.

"Ga ada sedikit pun di pikiran gw buat ninggalin lo"

Andra melepas cekalannya, tubuhnya meluruh begitu saja ke lantai dan dia terisak. Athala berlutut menyamakan tingginya dengan tinggi Andra, dia menarik Andra ke dalam pelukannya, dia mengelus lembut rambut Andra menyalurkan kekuatan untuk Andra.

"Sabar Ndra, gw akan selalu ada buat lo, lo pasti kuat menghadapi semua ini"

Athala melepaskan pelukannya pada Andra, meniupi muka Andra yang berlinang air mata dan tersenyum.

"Jangan nangis ya, kan ada Athala"

Andra tersenyum, lalu menangkup wajah Athala dengan kedua tangannya.

"Thanks sayang, gw cinta lo"
"Sama-sama"

Athala terus saja tersenyum menatap Andra yang masih menangkup wajahnya.

"Mama lo udah tidur ya?"
"Iya, maaf tadi gw kasar ke lo"
"Iya ga pp gw ngerti kok"
"Kita jalan-jalan yuk, mama juga udah tidur"

Andra dan Athala mencium punggung tangan ibunya Andra walaupun ibu Andra tertidur.

"Tante Athala pamit ya, nanti Athala bakalan jenguk tante lagi kok"

Andra menggenggam tangan Athala dan terus mengukir senyum di bibirnya.

Pasangan Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang