Kejujuran

2.4K 84 2
                                    

Andra berlatih basket bersama teman-temannya, seketika perhatian Andra teralihkan oleh sosok seseorang yang kini menjaga jarak darinya baru saja keluar dari perpustakaan.

"Woy gue cabut duluan ya?"

"Ok"

Andra berlari dan mengikuti Athala dari belakang. Tetapi yang Andra bingungkan mengapa arah langkah Athala menuju ke kelas mereka lagi.

Andra melihat Athala yang sedang mencari sesuatu dikolong mejanya.

"Belum pulang?"

Athala langsung menengok kebelakang dan dia langsung membuang muka ketika pandangannya bertemu dengan mata elang Andra.

Andra maju mendekati Athala, Athala yang melihat langkah kaki Andra terus mundur.

"Ngapain sih mundur"

"Jangan mendekat"

"Kenapa?"

Athala tidak menjawab dia berusaha lari dan sayangnya pintunya dikunci Andra dengan engsel yang tidak bisa digapainya karena terlalu tinggi.

"Stop disitu"

"Kalau gue gak mau gimana?"

Andra dengan santainya melangkah mendekati Adalah yang masih berusaha berjinjit untuk membuka pintu.

"Ngapain mau pergi sih?"

Andra mendekati Athala lalu mengurung Athala dikedua tangannya yang ditempelkan dipintu, Athala yang merasa tubuhnya terkurung membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Andra. Mata mereka bertemu, Athala langsung menunduk tangan Andra meraih dagu Athala agar Athala dapat menatapnya lagi.

"Gue mau jujur sama lo Tha"

"Lepasin tangan kotor lo"

"Gak sebelum lo dengar gue"

"Kalau gue gak mau?"

"Terus kapan lo akan tahu kebenarannya? Lo mau lari terus dari kenyataan? Gue sih gak masalah kalau harus ngejar lo karena memang gue yang harus berusaha ngejar lo. Tapi, apa lo sanggup untuk lari terus dari gue Tha?"

Athala menatap mata elang Andra yang biasanya terlihat meneduhkan terlihat begitu sayu.

"Tha sorry, gue memang salah seharusnya waktu itu gue kasih tahu lo supaya lo bisa menjelaskan ke gue. Tapi, dasarnya gue bodoh, gue gak mikirin perasaan lo"

Andra membawa tangan Athala untuk memukuli kepala Andra, Athala berusaha melepaskan tangannya yang dipaksa untuk memukul kepala Andra.

"Pukul gue Tha supaya gue gak bodoh"

"Andra stop"

Athala melepaskan tangannya digenggaman Andra.

"Tha please maafin gue, gue waktu itu sebenarnya gak ada niatan selingkuh dari lo dengan Dini. Cuman gue kecewa sama keadaan, gue menyalahkan lo atas meninggalnya papa gue Tha"

"Jangan bilang lo anak cowok yang waktu dulu nangis karena ayahnya korban kecelakaan yang disebabkan kak Anita?"

"Lo udah sembuh dari amnesia Tha?"

"Iya"

"Iya gue anak kecil itu dan dulu gue bersumpah untuk balas dendam ke orang yang menyebabkan papa gue meninggal. Tapi, gue dengar cerita yang asli dari mama dan gue menyesal Tha"

"Tante udah sembuh?"

"Iya dan kata mama itu berkat lo. Mama juga menceritakan kejadian kecelakaan yang sebenarnya. Ketika hari papa gue meninggal, nyokap dan kakak lo juga meninggal kan Tha? Maaf Tha"

Tiba-tiba Andra pingsan, kepalanya tertunduk dibahas Athala. Athala terkejut mencoba menyangga tubuh tinggi besar Andra. Tetapi, tidak bertahan lama Athala terjatuh diikuti Andra yang pingsan terjatuh dipangkuan Athala.

"Andra bangun"

Athala menepuk-nepuk pipi Andra, Athala tersadar suhu badan Andra sangatlah panas.

"Andra please buka mata lo, jangan buat gue khawatir. Tunggu sebentar gue mau minta bantuan"

Athala menaruh kepala Andra ditanya yang ditaruh dilantai. Athala membuka jendela kelasnya dan menaiki jendela kelas lalu dia berlari ke lapangan karena dia tahu di lapangan masih banyak orang.

"To..to..tolong please"

Beni yang melihat Athala meminta tolong langsung mendekati Athala.

"Kenapa Tha?"

"Andra pingsan di kelas"

"Bercanda kan lo? Tadi kan dia bilangnya mau pulang"

"Gue serius"

"Woy bantu si Andra pingsan di kelas"

Beni, Athala dan teman-teman Andra berlari menuju kelas.

"Ini kenapa pintu gak bisa dibuka?"

"Tadi dikunci Andra, gue gak bisa bukanya?"

"Terus tadi lo lewat mana keluar? Gak mungkin lewat celah kecil bawah pintu kan?"

"Ya gak lah emang lo kira gue tikus"

"Bercanda"

"Ga tau sikon lo, tadi gue lewat jendela, buruan sih itu anak orang pingsan"

"Cie khawatir"

Beni langsung menaiki jendela dan membuka pintu kelas. Teman-teman Andra yang lain masuk dan langsung menggotong tubuh Andra menuju parkiran.

"Gila nih si Andra berat amat ya? Kebanyakan dosa kali ya?"

Sesampainya di parkiran Andra dimasukkan kedalam mobil salah satu temannya dan dilarika ke rumah sakit.

Setibanya, di rumah sakit Andra dilarikan ke UGD dan langsung ditangani dokter UGD. Athala dan Beni duduk diruang tunggu.

"Santai aja Tha, Andra akan baik-baik aja. Segitu khawatirnya lo sama Andra? Apa Andra udah jujur"

"Hm"

"Serius lo?"

"Hm"

"Salut juga gue sama Andra, btw gue mau nanya"

"Apa?"

"Sebenarnya lo udah gak amnesia kan?"

"Hm"

"Serius lo? Berarti lo bohongin kita-kita dong"

"Iyalah"

"Untung lo cewek dan orang yang dicintai sahabat gue kalau bukan..."

"Kalau bukan apa?"

"Gue..."

"Dengan keluarga Andra?"

"Kami temannya dok, Andra baik-baik aja kan dok?"

"Iya Andra hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran setelah istirahat cukup dia akan pulih dan dia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Kalau begitu saya permisi"

"Terima kasih dok"

Beni langsung masuk ke ruang rawat inap Andra. Tetapi, Athala hanya diam saja, Beni yang sadar Athala hanya diam saya menaikan satua alisnya.

"Ayo masuk Tha"

"Gak deh gue pulang aja"

Athala langsung melangkahkan kakinya menuju jalan raya.

"Haish dasar tadi aja khawatir sekarang malah pergi dasar pasangan aneh kalian tuh"

Pasangan Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang