Keesokam harinya Athala sudah siap bercerita kepada orangtuanya. Athala mendekati orangtuanya yang sedang bersantai di taman belakang rumah.
"Ayah, ibu"
"Iya nak?"
"Athala mau cerita tentang kemarin"
"Iya, kita akan mendengarkan"
"Kemarin Andra kecelakaan"
"Kecelakaan?"
"Iya"
Handphone Athala berdering, Athala tidak mengenal nomernya namun takut penting jadi Athala memutuskan mengangkatnya.
"Athala mau angkat telepon dulu"
"Iya"
Diseberang sana terdengar suara seorang wanita, Athala seperti mengenali suaranya.
"Hallo Athala ini tante, mamanya Andra. Andra sudah sadar kamu kesini ya? Tante tunggu"
"I...iya tante"
"Cepat ya"
"Iya"
Athala meminta ijin kepada orangtuanya tidak lupa juga dia menelepon Zulfa untuk menemaninya ke rumah sakit. Tidak membutuhkan waktu lama Athala sudah sampai di rumah sakit disana juga sudah ada Zulfa yang datang bersama Evan.
"Kok ada Evan juga?"
"Iya, maaf Thal sebenarnya dari kemarin kita mau bilang kalau kita udah jadian"
"Gue ikut senang"
"Ya udah masuk yuk"
Zulfa bersama Evan melangkah menuju ruangan Andra, Athala tetap bergeming ditempatnya. Zulfa yang menyadari Athala tidak ikut, melangkah kembali mendekati Athala.
"Ayo Thala"
"Gue takut Fa"
"Soal yang waktu itu lo cerita ke gue? Tenang ada gue, kan lo ga salah lagian Andra marah ga jelas banget masa marah gara-gara lo foto sama kakak lo"
Zulfa menggenggam tangan Athala dan menuntunnya melangkah menuju ruangan Andra.
"Permisi"
Evan mengetuk pintu ruangan Andra dan mamanya Andra membukakan pintu lalu tersenyum kepada mereka.
"Oh kalian udah datang, ayo masuk"
Mama Andra masuk, diikuti mereka bertiga, Andra yang sedang menonton TV mengalihkan perhatiannya kepada mereka bertiga yang datang dengan tatapan tajam tanda tidak suka atas kedatangan mereka.
"Ngapain kalian kesini?"
"Mau jenguk lo Ndra"
"Iya mereka mama yang suruh datang"
"Andra ga suka terutama untuk kehadiran seseorang yang buat kehidupan kita hancur ma, lagi pula teman yang Andra maksud itu Dini, Bagas, Lukman bukan mereka"
"Mama juga sudah menghubungi mereka"
Suasana mencengkam seketika teralihkan oleh suara ketukan pintu, mama Andra pun langsung membuka pintu dan mempersilahkan Dini, Bagas dan Lukman masuk. Dini langsung mendekati Andra dan memeluk Andra tanpa merasa takut pada Athala sedikitpun.
"Kak Andra kenapa bisa begini? Dini khawatir"
"Gue ga apa-apa"
"Ga apa-apa gimana lihat dong kak Andra diperban disana-sini"
Andra menepuk-nepuk puncak kepala Dini, namun matanya tetap melirik ke Athala yang terus menundukkan kepalanya.
"Mending yang ga gue butuhin pergi dari sini deh"
"Andra kamu ngomong apa nak? Siapa yang kamu maksud"
"Harusnya orang itu tau diri kok ma"
"Maksud kamu, aku Ndra? Aku salah apa?"
"Cih... Lo nanya kesalahan lo apa? Pikir pakai otak"
Athala langsung berlari keluar ruangan Andra dan mengeluarkan tangisan yang sedari tadi ditahannya.
"Lo kelewatan Ndra, seharusnya lo ga gini, kalau Athala salah ya lo kasih tau biar dia perbaiki jangan malah lo nyakitin dia dengan cara so romantis yang padahal menjijikan sama Dini. Gue ga akan biarin lo ngedeketin sahabat gue lagi yang udah lo sakitin Ndra camkan kata-kata gue. Ayo Van kita pergi, kami permisi tan"
"Andra mama ga suka kamu kelewatan"
"Andai mama tau pasti mama juga melakukan hal yang sama seperti Andra"
Dini duduk dikursi samping tempat tidur Andra sambil mengelus tangan Andra yang tidak terinfus. Lukman dan Bagas hanya saling berpandangan tanda mereka tidak suka perilaku sahabatnya yang kasar pada Athala dan Dini yang seperti cewek tidak tau diri.
"Ndra gue ga nyangka sih lo setega itu sama Athala"
"Lo ga tau masalahnya"
"Ya cerita lah bro kita udah sahabatan lama"
"Belum saatnya"
Maaf yang kemarin alurnya ada yang kurang pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Aneh (END)
Ficção Adolescente"Kalau gue menang tanding basket sama sekolah lo, lo harus mau jadi cewek gue dan gue gak menerima penolakan" "Siapa lo?" "Andra Ardiansyah calon pacarnya Athala Anastasya" "Gila" "Bye gue pergi dulu ya, jangan kangen nanti juga kita ketemu lagi k...