40. Kelam

1K 143 14
                                    

'Kalo gabisa Taekwondo gausah ikut lomba!'

'Lo tuh ngancurin prestasi sekolah kita!'

'Lemah. Makanya gak usah gaya, ikut lomba segala. Kalah kan? Siapa yang malu? Sekolah kita yang malu tau gak.'

'ENYAH!'

Entah sampai kapan gue mau menerima ocehan mereka.

Entah sampai kapan gue mau mendengar segala kata-kata keji mereka.

Gue gak sanggup, tapi harus gue sanggupin. Gue kuat, gue anak mama dan papa. Mereka sayang gue. Mereka bangga sama gue.

Tapi...

.
.
.

Nama gue Shin Heera. Usia gue 14 Tahun. Taekwondo adalah salah satu keahlian gue. Keahlian lainnya adalah, gue berhenti punya teman semenjak gue memenangkan juara harapan 3 lomba Taekwondo dan di cap sebagai perusak prestasi Taekwondo SMP gue.

Gue berangkat sekolah dengan di caci dan pulang dengan di caci juga. Gue makan di kantin, di bangku paling jelek dan jauh dari mereka. Gue belajar di kelas, di bangku paling pojok dan belakang. Meja gue ditulis dengan kalimat, "Pecundang!" "Loser!" "Lemah!".

Gue pernah di siram air saat di sekolah. Gue pernah diomelin guru gegara gue basah kuyup saat masuk kelas. Loker gue pernah ditaruh telur busuk. Gue pernah ditumpahi tepung juga.

Semua itu gue telan. Masa-masa kelam itu gue telan pahit-pahit.

Sampai ada seorang cowok dengan gaya premannya, mengumpat di hadapan gue,

"UDAH CUKUP, TOLOL. BERHENTI. INI UDAH GA LUCU LAGI!"

Saat itu gue berani mendongakkan kepala.

.

Namanya Jeon Jungkook. Orangnya tinggi, jago olahraga, gak terlalu bagus dalam bidang akademik tapi populer. Ya, dia yang ngatain mereka yang ganggu gue di hadapan gue sendiri.

Cuma dia yang bilang, "Lo keren banget, cewek-cewek bisa Taekwondo!" Sambil mengacungkan jempol ke hadapan wajah gue.

Cuma dia yang bilang, "Gue kagum sama lo, sumpah, keren banget deh!" Sambil memberikan susu stroberi kesukaan gue.

Cuma dia yang bilang, "Gak usah dengerin mereka, selama gue ada mereka gak bakal ganggu lo lagi, ok? Jangan takut lagi, ya."

Cuma dia yang ngeliat gue nangis di hadapan dia. Cuma dia yang mendengar amarah, perasaan, segala sesuatu yang ingin gue katakan pada mereka yang telah jahat sama gue.

Gue sungguh ingin berterima kasih sama dia. Berkat dia, hinaan yang biasanya gue terima, sekarang udah gaada lagi. Gue bisa menghabiskan waktu studi gue di jenjang SMP dengan tenang.

Itu karena Jungkook.

Karena dia, gue bisa senyum lagi.

.

"Kenapa lo mau temenan sama gue?" Tanya gue.

Kata Jungkook, "Hira cewek keren, gue mau temenan sama cewek keren,"

"Tapi kan gue malu-maluin sekolah," Ujar gue.

"Bodo amat sama sekolah, dari awal juga gue ga peduli," katanya.

"Tapi lo ikut di bully juga,"

"Yah elah, bully doang. Bullyan mereka gabakal mempan sama gue," Balasnya.

Gue terdiam saat itu. Melihat Jungkook yang ada di hadapan gue.

Kita masih terlalu muda buat sadar sama perasaan masing-masing saat itu.

Mungkin saat itu, gue nganggep cuma Jungkook satu-satunya orang yang bisa ngerti keadaan gue. Karena itu gue selalu ingin sama dia dalam keadaan apapun, dengan tau konsekuensi sewaktu-waktu gue bakal menemukan jalan kehidupan gue sendiri.

However, i still want to be with you 'till forever.

Gue masih terlalu cilik buat mikirin cinta atau rasa suka. Masih terlalu muda untuk mikir pasangan hidup. Masih terlalu dini buat bilang, "Kook lo jangan nikah sama siapa-siapa, temenan aja terus sama gue,"

Naif, mungkin. Tapi memang seperti itu yang gue rasakan.

Hubungan ini, gue mau begini terus sampai kapanpun. Gue sayang sama Jungkook, gue udah nganggep dia siapapun dalam hidup gue. Mau itu temen, sahabat, keluarga, tapi enggak untuk status pacar atau lebih.

That's too overwhelming for me. Gak akan mungkin terjadi.

Kita itu teman.

Gue gamau ngerusak hubungan yang udah sempurna ini.

Yang udah jadi dunia gue selama ini.

.
.
.

edit by : aiidan kim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

edit by : aiidan kim

Go check aiidan's work on instagram @aiidankim and give love to their excellent and perfect works!

STATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang