47. Grateful

966 151 14
                                    

Pemakaman Papanya Jungkook berjalan lancar. Udah seharian ini gue ada di rumah duka, tepatnya di rumah keluarganya Jungkook. Gue banyak ketemu keluarga, kerabat, dan temennya Jungkook. Kak Yoongi, Kak Jimin, Kak Tae dan kenalan kampus kita juga pada dateng. Capek sih, tapi gue gabisa tega ninggalin Jungkook gitu aja.

"Hira,"

Gue noleh. Eh, kaget banget dong anjir. Orang itu nyolek bahu gue saat gue duduk lagi buka hp di teras rumahnya Jungkook. Sementara Jungkook sendiri masih di dalem, lagi silaturahmi sama keluarga almarhum papa dan keluarga mamanya.

"Jaehyun?? Dapet kabar darimana? Udah lama ga kontak," kata gue.

Ya, itu Jaehyun. Setelah lulus SMA, dia pindah lagi ke Incheon dan kita lost contact sejak itu.

"Dari grup angkatan, Ra. Aku turut berduka. Udah aku kira kamu bakal ada di sini," kata Jaehyun.

Gue ngehela nafas, "Ya kamu tau lah," kata gue.

"Kamu dari kapan di sini?"

"Dari lagi masih di rumah sakit tadi siang,"

"Oh kamu nemenin dari rumah sakit?"

Gue ngangguk, "Gak tega aku ninggalin Jungkook," jelas gue.

Jaehyun senyum kecil, "Tadi aku udah ketemu kok sama Jungkook," katanya.

"Baguslah,"

"Dia beruntung ya punya kamu,"

Gue noleh, "Maksudnya?"

"Kamu sama dia saling memiliki gitu. Dia sayang kamu, kamu sayang dia. Dia ada kalo kamu butuh, kamu juga ada waktu dia butuh. Apalagi ini masa-masa yang pastinya berat untuk dia," jelas Jaehyun.

Emang anak ini ngomongnya suka out of context. Dia bicara tuh kayak tiba-tiba dan tanpa aba-aba aja, udah giru konteksnya yang gak bakal gue ekspektasi sebelumnya. Ya emang Jaehyun itu beda, sih, maksudnya dia emang spesial dalam hal tertentu gitu.

"Iya ya, kamu bener," kata gue membenarkan statement Jaehyun.

Kali ini gue ga nolak. Gue emang sadar, gue sayang banget sama Jungkook. Diluar dari sayang sebagai temen atau keluarga, tapi gue ngeliat dia sebagai orang yang mungkin akan gue tunggu bahkan sampai kapanpun.

Dia cinta pertama gue.

Dia yang buat gue mengubah pandangan soal dunia.

Segalanya tentang dia ada di pikiran gue.

Jungkook dari kejauhan dateng nyamperin gue dan Jaehyun. "Yo, Jaehyun," Jungkook nyapa Jaehyun.

"Yo. Aku mau langsung balik ke Incheon ya," kata Jaehyun.

Mata Jungkook terbelalak, "Lagi buru-buru? Gak makan dulu?"

"Gak usah, gapapa. Salam buat mama kamu, ya," Jaehyun beranjak berdiri.

"Nanti kalau mau main call aku atau Jungkook ya!" Kata gue. Jaehyun ngangguk aja dan sekarang dia pergi untuk pulang ke Incheon.

.
.
.

Tersisa gue dan Jungkook. Temen-temen kampus udah pada pulang dari tadi. Jungkook ngalihin pandangannya ke gue dan bilang, "Makan yuk? Udah dari tadi siang lo pasti belom makan. Mama udah nanyain," katanya, dengan suara yang super lembut.

...... Gue... Duh...

Gue ngangguk dan akhirnya ikut makan bareng sama keluarga besarnya Jungkook. Heh, gila, pertama kali gue makan bareng keluarga besarnya Jungkook gini. Gue gapunya prepare apa-apa njir.

STATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang