41. We Fools

1K 141 12
                                    

Gue terdiam ketika mendengar pertanyaan Jungkook barusan.

Sejak kapan suka sama dia?

Tangan gue masih memberesi dasi yang di pakai Jungkook sementara keheningan menghiasi kita berdua. Suara-suara musik dari aula lantai bawah masih kedengeran, cuma gue berasa blank dan hening mendengar pertanyaan Jungkook.

Sejak kapan.... Gue jadi mendadak bisu.

"Kook, gue—"

"Gapapa, Ra. Jujur aja,"

Jujur pun gue gak bisa, Jungkook. Gue ngelepas tangan gue di dasinya dan nunduk. Enggak tau harus ngapain. Enggak tau harus bilang apa. Enggak tau harus dengan wajah kayak gimana buat menghadap dia.

"Not in the state that i'm ready to this kind of question," kata gue, yang entah kenapa gue bales pake bahasa asing. Tau dah, otak gue jadi auto konslet begini.

"Ya... Gue... Mau tau, gitu,"

"Enggak sekarang," Gue gatau harus ngeluarin emosi apa nih. Marah, iya. Kesel, iya. Mau nangis juga iya. Kenapa si, nanyanya harus sekarang? Apa gak ada waktu dan tempat lain buat nanya gituan? Kenapa pas gue lagi sensitif banget soal perasaan gue sendiri ke dia, saat gue baru sadar kalo gue emang suka sama dia?

"Kenapa?"

Karena gue gatau harus bilang apa sama lo, sedang gue baru aja sadar sama apa yang gue rasain ke lo. Gue baru aja menerima fakta bahwa gue gak pengen cuma jadi temen sama lo. Gue pengen sama lo, maybe, lebaynya, i want to be with you 'till forever. At least, until the time i face my death.

"Ra..." Dia berusaha ngambil pergelangan tangan gue, namun gue reflek untuk melepasnya dan memilih untuk pergi dari tempat itu karena gak tahan berdiri di hadapan dia lama-lama begitu.

"Hira!"

Suaranya kedengeran dari kejauhan. Dia manggil gue. Tapi gue gak noleh. Gue pengen ngasih diri gue waktu sesaat untuk nenangin diri. Mungkin untuk beberapa hari, buat nyari solusi apa yang bakal gue katakan sama Jungkook di kemudian hari.

"Hira,"

Tangan itu megang pergelangan tangan gue. Saat gue noleh, itu Kak Yoongi yang entah dateng darimana.

"Kamu kenapa?"

..."Saya mau pulang kak, enggak enak badan," kata gue, sambil senyum dikit ke Kak Yoongi.

Tapi kak Yoongi tau ada yang enggak beres, "Gak jadi sama Jungkook?"

"Enggak,"

"Yaudah kakak anterin ya?"

"Enggak usah kak, saya mau mesen ojol aja,"

Kak Yoongi nggeleng, "Kakak maksa. Ayo pulang aja,"

.
.
.

We both are fools, right?

Sepanjang jalan di mobil Kak Yoongi, gue cuma nyender di jok mobil sambil merhatiin jalanan. Ya Ampun, udah cantik gini gue malah dibikin ancur moodnya sama pertanyaan itu.

Lagian kalo dia nanyanya pas besok-besok, mungkin gue akan menanggapinya dengan cheerful dan penuh candaan seperti gue yang biasanya. Kalau begini, gue hanya akan terlihat aneh dan makin ketara deh kalau sebenernya gue suka sama dia. Ya, walaupun dia udah tau juga sih.

"Kamu gapapa?" Tanya Kak Yoongi.

Gue noleh, "Ya?? Enggak apa-apa kok. Cuma kepala pusing aja, sama mual,"

"Hmm..."

Suara dehamnya jadi titik pemberhentian pembicaraan gue sama Kak Yoongi. Biarin gue bohong lah, kak, kalau emang lo udah tau gue sebenernya sehat-sehat aja. Lo juga tau pasti alasan gue begini tuh kenapa.

"Ada hal yang gak harus kamu ngerti sih, Ra. Mungkin waktunya yang salah, tapi udah seharusnya begitu,"

Gue diem aja.

"Kamu juga harus belajar nerima apa yang terjadi. Tenangin pikiran, dan kenali dirimu baik-baik. Kakak juga, kadang harus menjauh dari orang dulu kalau lagi punya pertimbangan yang sulit,"

Lalu gue ketawa kecil, "Bener ya, saya gak curhat aja dikasih nasehat loh," kata gue.

"Kakak tahu kapan saat kamu butuh siraman rohani, Ra," ujarnya santai.

Gue bego sih. Jadi apa-apa kudu dinasehatin dulu.

"Makasih, Kak,"

Seenggaknya gue akan diem untuk beberapa saat sekarang. Rasanya energi gue udah terkuras hebat dengan kejadian tadi, bahkan gue gamau mikir gimana gue harus bertindak kalau besok papasan sama Jungkook.

Dan gue harus dewasa. Gue bukan anak SMA lagi.

.
.
.

Oleng, oleng, hmmm🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oleng, oleng, hmmm
🥺

STATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang