46. I'm Not Okay

1.1K 156 17
                                    

Gue nepuk pundak cowok tinggi itu. Kemudian dia menoleh, ngeliat ke arah gue dengan tatapan yang lesu di depan ruang ICU.

"Gimana?"

"Papa masih kritis. Kemarin papa ngeluh pusing, sesek nafas, gatau kenapa. Padahal selama ini sehat-sehat aja,"

Bisa gue simpulkan dari nada bicaranya, dia takut sekaligus panik. Di lorong ICU ini cuma ada dia yang berdiri. Gue gak liat Tante Jeon maupun abangnya Jungkook. Gue mencoba untuk mengelus pundak Jungkook, dengan tujuan mungkin bisa nenangin dia.

"Mama lo kemana?" Tanya gue.

"Ada di dalem, nemenin Papa," katanya.

"Yaudah lo udah makan belum?"

Jungkook ngegeleng.

"Makan dulu yuk? Lo pucet tuh," kata gue.

"Gue gamau, Ra, gak laper,"

Duh gimana dong.. mukanya pucet panik gitu, gue rayu pun dia gabakal mau ninggalin ICU. "Yaudah lo tunggu disini, gue ke minimarket dulu ya—"

"Jungkook,"

Gue yang berdiri di samping Jungkook ngeliat Mamanya Jungkook jalan dengan lesu, lalu nyuruh dia ke ruang ICU. Gue pun disuruh ikut ke dalem.

.

Di sana, gue liat papanya Jungkook yang terbaring di ranjang rumah sakit. Abangnya Jungkook ada di seberang sisi ranjang dimana Jungkook berada. Gue sendiri deg-degan, takut ngeliatnya. Apalagi Jungkook yang ngeliat papanya begitu. Gue berdiri agak jauh dari ranjang dan ngeliat ke arah Jungkook. Jungkook langsung duduk deket papanya sambil megang tangannya.

"Jungkook.. mana?"

"Iya Pa, Jungkook di sini Pa,"

Denger suaranya Jungkook yang mulai sengau begitu aja gue bawaannya mau nangis.

"Sakit ya Pa? Tahan ya Pa, nanti Papa sehat kita jalan-jalan bareng Pa," katanya.

"Bontot.." Papanya ngayunin tangan, pelaan banget ke tangannya Jungkook, "Maafin Papa, ya.. Maafin.. ikhlas.. papa ikhlas..."

Ya Tuhan...

Gue langsung merinding dan seluruh tubuh gue gemeteran. Gue merasa takut dan mencoba untuk menyingkirkan rasa pengen nangis, karena air mata ini bakal jatuh sewaktu-waktu.

Suara Jungkook mulai gemetar, "Papa ga salah apa-apa, Jungkook yang sering kurang ajar sama Papa.." katanya.

"Pa mau lihat Jungkook sukses, kan? Pa ayo yang kuat, Pa... Papa.."

"Jagain ya, mama.. abang.. istrimu nanti..."

Gue menyaksikan ritme pernafasan papanya Jungkook yang mulai aneh. Terlalu pendek, juga terlalu berat. Sesekali beliau mencoba untuk mengambil nafas panjang namun di mata gue udah terlalu berat buat beliau. Gue gak terlalu fokus karena emang gak tahan liat Jungkook yang mulai nangis, tapi Papanya masih ada. Masih.

Gue gatahan. Gue pergi ngedeketin Jungkook dan ngerangkul dia yang gemeteran dan keringet dingin setengah mati.

Ikhlas. Papa mau pergi sekarang.

Seperti itulah artian tatapan terakhir Papanya Jungkook hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Jungkook nangis, beneran nangis. Mama dan abangnya Jungkook juga sama. Mama Jungkook peluk anak sulungnya. Gue sebenernya gapernah tau soal hubungan dia sama Papanya, tapi kali ini aja, ulu hati gue sakit gak karuan.


"Ra....."

Gue meluk Jungkook langsung tanpa basa-basi dan tangisannya langsung mengalir deras. "Sst gapapa ya, Kook. Ikhlas, relain, Papa lo udah istirahat dengan tenang sekarang," kata gue, sok banget nguatin padahal gue nahan nangis juga.

Ikhlas. Kita semua bakal ke pelukan Yang Maha Esa. Siapapun itu. Orang yang kita sayang, cinta, benci, maupun kerabat, teman atau keluarga. Bahkan kita sendiri. Kuncinya satu, ikhlas.

Ya Tuhan. Kenapa perpisahan rasanya menyakitkan.

.

Mamanya Jungkook dan abangnya masih si dalam ruang ICU. Gue mengajak Jungkook keluar ICU untuk membiarkan pihak rumah sakit ngurus segala sesuatunya dan biar jenazahnya dibawa pulang ke rumah. Jungkook bener-bener nangis parah, sampe sesengukan. Gue juga nangis padahal tugas gue buat nenangin dia. Gue gatau harus bilang apa, gue juga takut dan sedih banget ngeliat dia begini.

"Ra.. gue banyak dosa sama papa gue... Ra gue belum minta maaf, gimana Ra... Apa gue berhenti aja kuliah dokter?"

Gue meluk dia sambil duduk di bangku, "Ssst Kook, jangan bilang gitu dong..."

"Seharusnya waktu itu... Gue nurutin maunya papa.. gue malah ngikutin ego gue... Gue dosa banget, Ra... Gue harus gimana..."

Gue ngambil nafas panjang agar gue ga terlalu kebawa suasana sedih juga, "Kook, ini hidup lo. Lo yang pilih. Lo ga harus gimana-gimana, lo bisa nerusin kuliah dan tunjukkin kalau lo bisa jadi dokter gigi yang hebat, sehingga Papa bisa bangga sama lo, ya?" Kata gue.

"Gue marah Ra.. gue marah sama diri gue sendiri..."

Tangisan gue akhirnya pecah juga, "Jungkook lo udah ngelakuin apa yang bener kok... Jangan salahin diri lo ya..."

Sementara Jungkook terus nangis, gue cuma bisa ngelus kepalanya dan berharap agar dia bisa merasa lebih baik. Gue harap.

Lo punya gue, Kook. Sama seperti saat gue punya lo di setiap saat.

Jangan takut, gue gak akan pergi kemanapun.

.
.
.

🥺🥺🥺Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥺🥺🥺
Happy reading. Terimakasih banyaksee u!

STATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang