15. Ikhlas?

13.3K 629 9
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, tepat di hari Jum'at dan bertepatan juga hari kelima Lexi berada di USA. Hatinya masih memendam duka terdalam, satu persatu orang dengan pakaian hitamnya mulai meninggalkan pemakaman dan menyisakan Lexi dan juga Leo yang menunggunya sedari tadi. Dia masih memandang lekat-lekat batu nisan bertuliskan nama orang yang begitu berarti, orang yang sangat ia cintai dan sayangi, mamanya.

R.I.P
HERLINA NASYA SAIRA
12 JANUARY 1975
02 MAY 2013

Dengan senyum getirnya ia masih memandang tempat peristirahatan terakhir mamanya itu. Tidak percaya waktu berjalan begitu cepatnya, dia rasa kemarin mereka baru saja merayakan keberhasilan pertama dirinya dalam perlombaan saat masih duduk di kelas 5 SD. Sekarang? Ia sudah tidak bisa mendengar suara mamanya bahkan melihat sosok yang amat ia banggakan itu. Kini semuanya hanya tinggal sebuah kenangan yang selalu ia kenang.

"Gue tahu perasaan loe sekarang pasti sangat terpuruk" ucap Leo yang berada di belakang Lexi.

"Gue terlalu sayang sama mama, cuma mama orang yang ngerti di saat semua orang ngerendahin gue bahkan ga segan buat hina gue. Mama adalah satu-satunya alasan gue buat tetep bertahan saat gue ngerasa hidup gue ga berarti" ucap Lexi yang memandang nisan mamanya.

"Loe berarti Xi, bahkan banyak orang yang pengen ada di posisi loe. Bahkan loe udah harumin nama negara dan sekolah. Apa loe masih ngerasa ga berarti setelah semua perjuangan nyata loe ini?" tanya Leo.

"Mungkin? Gue cuma masih ga percaya kalo mama udah pergi" ucap Lexi.

"Loe masih belum iklhas Xi?" tanya Leo.

"Gue iklhas, gue bahkan berfikir kalo mama udah bahagia sekarang tanpa harus tahan sakit lagi" ucap Lexi.

"Mending sekarang kita balik ke hotel Xi, jam keberangkatan kita sebentar lagi" ajak Leo.

Sejenak Lexi memandang Leo, lalu "Iya, loe tungguin gue di mobil aja kak" ucap Lexi yang diangguki oleh Leo, memang tadi pagi ada seorang supir pribadi milik keluarga mamanya yang menjemput dirinya di hotel.

"Eci pergi ya ma, hari ini Eci akan kembali ke Indonesia. Kapan-kapan Eci main lagi ke sini, Eci pasti bakal bawain mama sebuah kebanggan yang selalu mama harapin ke Eci" ucap Lexi dengan senyum tulusnya kemudian berjalan menuju luar pemakaman.

Lexi tahu jika ia terus menghindar dari kenyataan ini, itu artinya ia membuat mamanya sedih. Lexi tidak mau itu, ia lebih memilih untuk memendam semua rasa kehilangan itu sendiri. Hari ini ia akan kembali ke Indonesia, menjalankan kehidupan sehari-harinya seolah tidak ada apa pun yang terjadi. Ini lah yang ia benci, berpura-pura. Ia tidak suka itu, tapi bagaimana pun caranya ia harus bisa berperan seolah tidak terjadi apapun kepadanya. Menjalankan keseharian sesuai dengan keinginannya sendiri.

******

Hari sudah berganti, Lexi sudah sampai di apartemen miliknya. Saat ia kembali, Bi Aini sangat menyambutnya hangat seolah ia tengah menyambut anaknya yang baru saja pulang dengan membawa kabar baik. Lexi hanya tersenyum hangat, sikap yang dilakukan Bi Aini kembali mengingatkannya kepada sosok mama yang sama seperti Bi Aini. Ia masih bungkam, bahkan tidak ada niat sedikit pun untuk memberi tahu pesan nenek dan kakeknya untuk mengabari papa dan Levi tentang kepergian mamanya.

Sebut saja Lexi egois, namun suasana hatinya belum pulih setelah semua hal yang terjadi padanya. Pertama papa yang selalu saja bersikap keras padanya, menekannya dengan semua kata-kata yang ia benci, pikiran buruk yang papanya miliki tentang dirinya.

Kedua, perkataan Reza yang termasuk dalam kategori menghinanya di depan seluruh anggota osis. Bukan keinginan Lexi untuk mengambil hati hinaan orang-orang kepadanya, namun perkataan Reza sangat menyayat hatinya. Semua itu bahkan secara tidak langsung membuat dirinya sangat tertekan.

BADXIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang