28. Terlambat

10K 467 13
                                    

Demi apapun, hari ini adalah hari paling sial bagi Lexi. Bagaimana tidak, saat ini dia baru saja bangun. Jam sudah menunjukan pukul 08.10 dan dia harus latihan. Dengan kecepatan kilat ia melompat dari ranjangnya dan langsung mengambil handuknya untuk mandi. Untung saja setelah ini ia akan latihan, jadi ia tak harus mandi berlama-lama. Dia hanya mandi bebek 5 menit. Kemudian berlari menuju lemari dan mengenakan baju basketnya.

Dengan cepat ia memakai sepatunya lalu mengambil tas yang di dalamnya sudah ada bola basket miliknya. Ia berlari keluar dari kamarnya hingga tak sengaja kepalanya membentur rak buku hingga memerah. Tanpa basa basi ia langsung berlari keluar apartemennya, tapi tetap sebelumnya ia berpamitan kepada Bi Aini walaupun harus berteriak.

"BI AINI LEXI BERANGKAT! LEXI UDAH KESIANGAN" pekik Lexi berlari keluar kamarnya.

"TAPI NENG, INI SARAPANNYA BELUM DIMAKAN" ucap Bi Aini ikut berteriak.

"GA SEMPET, NANTI AJA. LEXI BERANGKAT" ucapnya yang kini sudah keluar dari apartemennya dengan skate yang sudah ia naiki.

Ia mengarahkan papan skate miliknya menuju lift. Ia langsung memencet tombol lobi. Saat sudah sampai ia kembali menjalankan papan skate miliknya dan melakukan double flip melompati tangga. Ia mendorong papannya dengan kaki kananya dengan cepat sembari terus melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 08.30.

"Sial gue telat" ucapnya yang kini kembali melajukan papan skatenya.

Saat ia sampai di depan gerbang sekolah, ia langsung nyelonong masuk. Karena Pak Mamat sudah tahu jika akan ada anak basket yang berlatih itu alasannya ia tak mengunci gerbang. Lexi berlari menuju lapangan dimana timnya sudah berlatih.

"LEXI!" panggil Bu Ika disisi lain lapangan.

Dengan nafas yang masih memburu kini Lexi berjalan menuju Bu Ika. "I-iya bu?" tanya Lexi terbata.

"Kenapa kamu terlambat? Kamu itu kapten, seharusnya kamu mencontohkan hal yang baik untuk anggota tim mu. Bukannya datang terlambat seperti ini" ucap Bu Ika.

"Maaf bu, tadi saya harus bantuin nenek-nenek nyebrang jalan. Trus ga sengaja nabrak tiang karna cepet-cepetan" alasan Lexi yang klasik.

"Sudah, ibu tidak menerima alasan kamu. Sekarang kamu lari keliling lapangan 10 kali!" perinta Bu Ika.

Lexi menghembuskan nafasnya kasar, ia menaruh tas dan juga papan skate miliknya di pinggir lapangan. Kemudian mulai berlari mengelilingi lapangan. Sinar matahari memang belum terlalu panas saat ini, tapi bisa membuat Lexi merasa sangat letih. Ada satu hal yang tadi ia lupakan, yakni sarapan. Dan pada saat ia sudah mencapai 5 putaran wajahnya tampak pucat.

"Gue kenapa ya?" gumam Lexi mengusap keringatnya kemudian kembali berlari.

Dhea melihat itu, wajah Lexi yang terlihat semakin memucat. Ia terus memperhatikan gerak-gerik Lexi yang sepertinya sebentar lagi akan tumbang. Dan benar saja, saat Lexi baru menyelesaikan 6 setengah putaran kini ia sudah jatuh.

"LEXI?!" pekik Dhea yang melihat Lexi sudah pingsan.

Reza yang kebetulan lewat di lorong sekolah pun melihat itu dan langsung berlari menuju lapangan. "Dia kenapa Dhe?" tanya Reza yang menepuk pipi Lexi.

BADXIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang