37. Sosok gadisnya

10.5K 518 19
                                    

"Keadaan korban baik-baik saja. Ada beberapa luka pada tubuhnya yang sudah kami tangani, sebelumnya korban juga sempat kekurangan darah karena sebuah pendarahan yang sudah berhasil kami hentikan. Kami juga sudah melakukan transfusi darah kepada korban. Akibat dari pendarah tersebut maka korban belum sadar pada saat ini, mungkin besok pagi ia akan sadar sepenuhnya. Ditambah korban harus dirawat selama beberapa hari hingga beberapa minggu sampai keadaannya pulih" jelas dokter itu dan berhasil membuat ketiga pemuda di depannya menghembuskan nafas lega.

"Apa sudah boleh dijenguk dok?" tanya Galih.

"Kami akan memindahkannya ke ruang inap, mungkin anda bisa melengkapi administrasi terlebih dahulu" jawab dokter yang segera diangguki oleh Leo.

"Mari ikut saya" ucap seorang suster yang tampak membawa sebuah papan berisikan catatan serta informasi dari Lexi.

Mereka akhirnya memutuskan untuk mengikuti suster tersebut untuk melengkapi administrasi Lexi. Setelah selesai dengan masalah administrasi, kini langkah ketiga pemuda itu berjalan melewato lorong rumah sakit yang menghubungkannya dengan ruang inap milik Lexi.

Ceklek.....

Tubuh Leo menegang, di depannya kini terbaring tubuh lemah milik Lexi. Bahkan ditubuhnya terlihat begitu banyak balutan perban yang menutupi lukanya. Ditangannya terlihat ada dua buah selang yang menancap pada kulitnya. Selang pertama adalah selang infus dan selang kedua adalah selang dari satu kantung darah. Leo menghembuskan nafasnya gusar sebelum akhirnya melangkahkan kakinya mendekati brangkar.

"Lexi...Lexi. Kenapa bisa sih loe kaya gini" gumam Leo yang menundukan kepalanya.

"Loe berdua bisa pulang sekarang, biar gue aja yang jagain Lexi" ucap Leo yang kini menatap kedua temannya itu.

"Loe seriusan mau jaga Lexi sendirian Le?" tanya Willi.

"Iya gue gapapa, thanks ya Lih. Loe udah bantuin Lexi dan kabarin gue" ucap Leo yang menepuk bahu Galih.

"No prob bro, kalo gitu gue balik ya. Gue harus ambil motor gue deket tempat kejadian tadi" ucap Galih yang kini ikut menepuk bahu Leo. "Titip salah sama Lexi, besok gue kesini lagi" imbuh Galih yang diangguki oleh Leo.

"Loe bareng gue aja Lih, biar gue yang anter loe" ucap Willi yang diangguki oleh Galih.

"Hati-hati loe berdua" ucap Leo yang diacungi jempol oleh keduanya.

Kini Leo kembali memandang sendu kearah Lexi. Hampir saja ia kehilangan Lexi, harusnya dia selalu ada disamping Lexi pada saat-saat seperti ini. Ia menghembuskan nafasnya gusar kemudian memilih untuk menyandarkan tubuh lelahnya pada sofa yang ada di ruangan Lexi.

******

Pagi ini Galaxi tampak berjalan dengan cepat menuju kelas 11 IPA 7. Ya, itu adalah kelas milik Lexi. Niatnya kali ini adalah menjelaskan semuanya kepada Lexi dan sekaligus ia ingin meminta maaf karena sikapnya yang sering kali acuh kepada Lexi. Namun saat ia sudah sampai di depan kelasnya, Galaxi sama sekali tak menemukan sosok Lexi.

"Putra" panggil Galaxi pada salah satu teman sekelas Lexi.

"Apaan?" tanya Putra.

"Loe liat geng-gengan ini ga?" tanya Galaxi menunjuk beberapa bangku kosong.

"Bolos dari pagi, loe cari-cari aja. Nanti pasti ketemu, kalo loe ga ketemu juga. Nanti istirahat kedua mending loe balik kesini nyarinya" jelas Putra yang diangguki oleh Galaxi.

BADXIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang