49. Djavu?

10.8K 500 29
                                    

Hari telah berganti, Lexi kini baru saja keluar dari ruangan operasinya. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya bersama para asisten, Lexi sudah berhasil menyelamatkan dua orang pasiennya. Dan jika tidak salah nama pasien terakhirnya tadi adalah Skyla Putri Mentari, seorang remaja yang menjadi korban tabrak lari hari kemarin.

Lexi tampak sangat lelah dengan pakaian serba hijaunya. Ia juga tampak sesekali memijat tengkuknya yang terasa pegal. Ia pun kini masuk ke dalam ruangannya yang tampak sepi itu. Mengganti bajunya dan sedikit merapikan rambut yang tadi tertutup.

Sejenak ia mendudukan tubuhnya yang lelah itu pada kursi kebesarannya. Mengecek jadwalnya kemudian beralih dengan beberapa berkas pasiennya. Ia menghembuskan nafasnya pelan, hari yang panjang menurutnya. Fokusnya pun tiba-tiba beralih saat dentingan pesan masuk pada handphone miliknya.

LEVIA
Kak, ingeet janji kan? Aku tunggu di cafe sebrang ya. Inget sebrang, bukan samping. Hehe, love ya!

Lengkungan tipis kini tercetak di bibir Lexi, ia sedikit menggelengkan kepalanya melihat bagaimana semangatnya seorang Levi untuk mengajaknya sekedar menyantap makan malam sembari mengobrol di cafe yang ada di seberang rumah sakit tempatnya bekerja.

Lexi pun akhirnya memberi balasan kepada Levi agar dia menunggu karena Lexi harus menyelesaikan beberapa berkasnya. Menyiapkan beberapa jadwal untuk besok bersama asistennya, dan tentu saja ia harus memeriksa beberapa pasiennya yang masih di rawat pasca operasi.

Diruangan lain, kini Galaxi tengah menemani bunda dan ayahnya. Menunggu Sky terbangun dari bius operasinya. Ya, Sky meminta agar ia dibius total. Alasannya adalah ia takut melihat ruangan operasi yang banyak berisikan alat-alat pendukung operasi. Entahlah apa yang membuatnya takut, tapi itu adalah permintaannya sebelum ia masuk ke dalam ruangan serba hijau itu.

Perbincangan hangat pun tak terelakkan dari keluarga kecil itu. Sesekali membahas tentang perkembangan kasus yang ditangani Galaxi atau sesekali mereka juga membicarakan tentang tanggung jawab yang akan Galaxi emban setelah nanti ia sah menjadi seorang kepala keluarga.

Sejauh apapun ia akan pergi dan mengambil kehidupannya, tetap saja Galaxi akan kembali ke rumah dan melanjutkan perusahaan milik ayahnya itu. Menjadi seorang pengacara memanglah cita-citanya, tapi menjalankan perusahaan keluarga adalah kewajibannya.

"Jadi gimana? Umur kamu udah matang untuk menikah bang. Apa kamu nggak mau memiliki keluarga kecil bersama Intan? Ayah rasa hubungan kamu harus segera dibawa kearah serius" ujar Vincent, ayah Galaxi.

"Ayolah ayah, kenapa malah kesannya maksa abang buat cepet nikah sih" balas Galaxi yang merasa jika dirinya disudutkan.

"Niat ayah kamu itu bukan memaksa bang. Tapi kan kamu tahu sendiri kalau bunda sama ayah sudah makin tua, kita pasti pengenlah gendong cucu. Nggak mungkin kan kita mintanya ke Sky, dia masih kecil" jelas Sita, bunda Galaxi.

"Ya bener juga sih bun, tapi kan abang masih sibuk sama beberapa kasus. Nah si Intan juga kan masih pengen rasain masa-masa jadi pengacara" elak Galaxi yang tak ingin kedua orang tuanya membahas tentang hubungannya dan juga memaksa Galaxi untuk segera menikah.

"Begini saja bang, ayah kasih kamu waktu sampai umur kamu 29. Setelah itu nggak ada bantahan untuk kamu segera menikah, umur kamu udah hampir kepala tiga loh. Ayah aja nikah sama bunda waktu umur 25, masa kamu ga nikah-nikah juga sampe tua" balas Vincent.

"Loh? 5 bulan lagi dong yah. Ayolah yah, 30 aja ya. Plis" mohon Galaxi pada ayahnya.

"No bang, 29 atau ayah akan batalkan semua kerjasama kamu sebagai pengacara sama klien-klien kamu itu" ancam Vincent yang membuat Galaxi memberenggut kesal. "Bagaimana? Deal?" tanya Vincent menjulurkan tangannya.

BADXIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang