34. Tawuran

10.4K 501 21
                                    

Saat mobil berwarna cream itu berhenti di depan warung Pak De, seketika pandangan mereka tertuju pada orang yang baru saja keluar dari mobil itu. Dengan santai tanpa menghiraukan pandangan para temannya kini Lexi berjalan sembari bersiul memasuki warung Pak De. Saat ia duduk, tatapan itu masih saja terkunci pada Lexi hingga mau tak mau ia harus mengalihkan pandangan itu dengan topik lain.

"Ngapa loe? Mau dicolok tuh mata?" tanya Lexi yang membuat mereka geleng-geleng kepala.

"Udah cepet buat strategi" ucap Lexi yang segera dingguki oleh Barta.

"Okey, jadi gini. Setelah perundingan antara gue sama Gara. Kita akan tunggu anak-anak SMA Garuda sampe dia nyerang sekolah kita, inget disini kita tugasnya adalah membantu pihak kepolisian. Jangan sampe ada dari kita yang nyerang secara berlebihan, guru-guru belum tahu soal ini. Dan biarkan seperti itu, kita juga harus tanggung akibatnya kalo misalkan kita dihukum"

"Kita bakal diem di gudang sambil menunggu kedatangan mereka, karna kalo kita sampe diem dikelas tentu saja kita ga akan dibiarin buat keluar gitu aja. Ngerti?" jelas Barta.

"Jadi ibaratnya nih tawuran cuma settingan doang gitu?" tanya Lexi.

"Ya gitu, lagi pula kan kita ga ada yang punya masalah sama anak Garuda, trus tiba-tiba aja dia mau buat penyerangan. Loe inget kan setiap kali ada tawuran itu pasti ngelibatin Garuda, maka dari itu gue siapin polisi" jawab Barta.

"Bikin capek aja sih tu orang-orang kaga jelas, yaudah buru balik. Daripada keburu jam istirahat kan" ucap Lexi yang kini berdiri dan diikuti oleh lainnya.

"Eh Xi? Loe bawa kunci gerbang kan?" tanya Gara yang hanya dibalas deheman oleh Lexi.

"Pak De nitip mobil ya" ucap Lexi.

"Oke neng" jawab Pak De.

"Eh tunggu bentar! Tunggu bentar!" ucap Gara menarik tangan Lexi hingga terpaksa ia harus berhenti.

"Apaan lagi sih Gar? Buruan ah, lambat banget" ucap Lexi kesal.

"Itu kaki loe kenapa Xi? Seinget gue tadi pagi kaki loe ga ada perban gitu deh" tanya Gara.

"Biasalah, jatuh doang" jawab Lexi singkat.

"Jatuh dimana loe?" tanya Gara lagi.

"Dijalan waktu mau ambil mobil, ada yang srempet gue sampe jatuh trus gue dibawa ke rumah sakit itu makanya gue telat dateng. Udah jelas Bapak Garaque?" ucap Lexi dengan sedikit candaannya.

"Gitu dong jawabnya yang jelas, tapi loe gapapa kan? Mending loe kaga usah ikut deh" usul Gara.

"Gue oke, buruan kalo ga mau manjat tembok" ucap Lexi yang kini berjalan lebih dulu.

Akhirnya mereka semua berjalan kembali memasuki area sekolah dengan melewati gerbang rahasia mereka. Langkah mereka teramat santai melewati taman sekolah yang sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, satpam pun jarang berada di area taman karena letaknya yang jauh dari halaman depan sekolah. Akhirnya mereka menuju gudang sekolah tempat mereka biasa berkumpul. Sesekali mereka juga terlibat dalam beberapa obrolan ringan, hingga akhirnya mereka mulai mendengar suara gaduh dari arah depan sekolah.

"Ready?" tanya Barta yang dibalas dengan senyum smirk andalan mereka.

Dengan gagah berani mereka berjalan keluar dari ruangan gudang itu. Lexi, Gara dan Barta pun kini berada di barisan terdepan memimpin sekitar 15 orang teman mereka. Jika saja ini adalah sebuah film tentu akan ada sebuah soundtrack seperti film Crows Zero yang diputar saat akan ada sebuah penyerangan kepada lawannya. Lain halnya dengan mereka, sekarang seluruh murid SMA Bintang Harapan sudah berhamburan mencari titik teraman dari serangan yang dilakukan oleh SMA Garuda.

BADXIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang