17. Sikap manis Galaxi

13.1K 600 6
                                    

Setelah pertemuannya kemarin membuat Lexi kini terlambat datang ke sekolahnya. Bel tanda upacara telah berbunyi dan seluruh murid SMA Bintang Harapan sudah berkumpul di halaman sekolah. Mungkin Dewi Fortuna kini memihak kepadanya, bertepatan dengan itu ada Leo yang melihat jika Lexi tengah datang terlambat. Dengan cepat Leo memberi tahu jika alasan Lexi terlambat karena masih terkena jet lag dan merasa kesusahan karena membawa beberapa tropi yang belum sempat ia bawa ke sekolah. Leo sudah melaporkan sejumlah tropinya namun Lexi membawanya hari ini dan tepat pada saat upacara hampir dimulai. Pak Mamat memberikan Lexi masuk dan membantunya untuk mengambil beberapa tropi dan menaruhnya di samping podium pembina upacara.

Lexi berlari menuju barisan belakang kelasnya, ia menaruh tasnya di belakang karena tidak ada waktu lagi untuk pergi ke kelas. Bertepatan dengan itu ternyata Galaxi yang menjaga barisan kelas miliknya. Galaxi tersenyum kepada Lexi namun dibalas tatapan datar olehnya. Aneh saja melihat Galaxi yang biasanya akan selalu marah-marah padanya karena terlambat kini mendadak berubah manis kepadanya.

"Dia kenapa? Kok senyum gue ga dibales?" batin Galaxi.

"Aneh banget tu orang, biasanya juga marah-marah kalo gue telat" batin Lexi yang kini berbaris pada barisan paling belakang.

Upacara berjalan dengan lambat menurut Lexi, harusnya ia bisa datang lebih siang dan tidak mengikuti upacara selama ini. Kakinya sudah pegal, keringatnya pun sudah membanjiri dahinya. Hingga intruksi dari pemimpin upacara kembali terdengar menyuarakan istirahat ditempat.

"UNTUK AMANAT, ISTIRAHAT DITEMPAT.....GRAK" Intruksi pemimpin upacara di depan dan membuat Lexi bisa bernafas lega karena kakinya sekarang bisa dilemaskan.

Harapannya agar upacara cepat selesai pun kini pudar ketika mendengar begitu panjangnya amanat serta pidato yang di sampaikan kepala sekolahnya. Perutnya sudah keroncongan, karena tadi pagi ia tak sempat mengisi perutnya terlebih dahulu. Ditambah lagi matahari yang mulai naik sehingga suasana menjadi panas membuat Lexi sedikit meringis.

"BAIKLAH, INI LAH YANG KITA TUNGGU-TUNGGU. DIMANA SALAH SATU SISWI DARI SEKOLAH KITA, SMA BINTANG HARAPAN YANG KEMARIN BERPARTISIPASI PADA OLIMPIADE MATEMATIKA YANG DISELENGGARAKAN OLEH UNIVERSITAS GAJAH MADA SERTA UNIVERSITAS HARVARD.

PERWAKILAN SEKOLAH KITA MENJADI JUARA PERTAMA DALAM OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT NASIONAL SERTA JUARA KEDUA DALAM OLIMPIADE TINGKAT INTERNASIONAL, IA TELAH BERHASIL MENGHARUMKAN NAMA SEKOLAH SERTA NAMA NEGARA KITA, INDONESIA.

BAIK KEPADA SISWI ATAS NAMA HOLINDIA ARTALEXIA DARI KELAS  10 IPA 7 DAPAT MAJU KE DEPAN UNTUK PENYERAHAN PIALA" ucap Kepala Sekolah SMA Bintang Harapan.

Dengan ragu Lexi maju ke depan, ia merasakan bangga namun kepalanya terasa sedikit pening. Galaxi melihat itu, mimik wajah Lexi yang berubah. Wajahnya juga nampak sedikit pucat dan itu berhasil membuatnya khawatir dengan keadaan Lexi. Ia tak suka ini, menjadi pusat perhatian yang sangat kentara di depan matanya. Tatapan-tatapan kagum bahkan ada juga menatapnya sinis membuat Lexi merasa risih.

Ia berdiri di samping podium menghadap ke seluruh barisan murid. Tampilannya masih sama, tidak pernah menggunakan dasi, lengan baju yang dilipat serta kaus kaki pendek yang hanya menutupi mata kakinya. Hal itu sontak membuat kepala sekolahnya geleng-geleng, siswinya ini memang pintar tapi kelakuannya berbanding terbalik dengan anak-anak pintar lainnya.

Jika biasanya anak-anak pintar cenderung kutu buku dan tidak suka melanggar. Lain halnya dengan Lexi, ia bukanlah kutu buku, ia suka melanggar dan berperilaku seperti keinginannya saja. Namun ada beberapa pasang mata yang memandang Lexi khawatir, pasalnya kini Lexi sudah berkeringat dingin dan wajahnya tampak pucat. Belum sempat ia bersalaman dengan kepala sekolah, tiba-tiba saja tubuhnya ambruk. Pandangannya gelap dan itu berhasil membuat Galaxi berlari dengan cepat dari arah belakang barisan menuju depan.

BADXIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang