Ini sudah hari keempat Lexi berada di USA. Dan ia masih belum juga mendapat sebuah balasan dari mamanya, ia memandang keluar jendelanya. Disana terlihat pemandangan perkotaan yang ada di dekat hotelnya. Sedari tadi ia masih menggenggam handphone miliknya, berharap jika ada sebuah balasan dari mamanya. Hingga suara dentingan pesan membuyarkan lamunannya, dengan cepat ia membuka pesan itu yang ternyata adalah sebuah e-mail dari pihak penyelenggara olimpiade.
"Ini ga bohong kan?" tanya Lexi bermonolog. Ia tercengang sekaligus tidak percaya, dirinya meraih peringkat kedua? Ini tidak bercanda bukan? Begitu bahagianya dia saat ini.
Dengan perasaan yang sangat senang dia melompat-lompat kearah tempat tidurnya dan melanjutlan lompatan itu di atas ranjang. Namun saat ia sedang asik dengan kebahagiaannya, handphone yang tadi ada di genggamannya jatuh dan berhasil menghentikan aksinya. Ia pun memungut handphonenya yang kini mati, mungkin karena benturan tadi pikirnya. Bertepatan saat ia masih membersihkan layar handphonenya, sebuah ketukan pintu membuat dirinya menghentikan aktivitasnya tadi kemudian berjalan kearah pintu.
Tok....tok....tok....tok....
"Lexi buka, ini Kak Leo" ucap orang dibalik pintu.
Ceklek....
Lexi membuka pintu itu dengan tatapan yang bingung, pasalnya Leo terlihat dengan raut wajah yang tidak baik. Sepertinya dia baru saja mendengar sebuah berita buruk dan berhasil membuat Lexi bertanya-tanya dalam hatinya, sebenarnya ada apa ini? Batinnya.
"HP kamu mana? Kenapa ga aktif sih?" tanya Leo.
"Tadi HP gue jatuh, ini gue mau aktifin sekarang kak" jawab Lexi.
"Loe harus ganti baju sekarang kita pergi ke rumah sakit, cepet!" ucap Leo yang sekarang membuat Lexi bingung setengah mati, untuk apa dirinya harus ke rumah sakit?.
"Tapi buat apa? Siapa yang sakit?" tanya Lexi.
"Cepet Xi! Ga usah banyak tanya, intinya kita harus ke sana sekarang. Nanti kamu pasti tahu jawabannya" ucap Leo yang membuat Lexi patuh dan memilih mendengar ucapan Leo untuk segera berganti baju.
Rumah sakit? Untuk apa? Siapa yang sakit? Pertanyaan itu selalu terngiang dipikirannya. Bahkan ia tidak sengaja menyenggol gelas kaca yang ada di sampingnya hingga pecah.
"Ck ceroboh banget sih gue" gerutu Lexi yang memungut satu persatu pecahan kaca itu hingga sebuah serpihan kaca berhasil menggores ujung jarinya.
"Aaww" ringis Lexi yang kini berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh lukannya itu.
Setelah itu ia menempelkan plester luka yang memang ia bawa kemana saja, kini ia juga sudah selesai dengan tampilannya. Hanya menggunakan hoodie polos dan juga celana jeansnya kini ia sudah siap dan berjalan menuju pintu di mana Leo masih menunggu di sana.
"Kenapa loe lama banget sih?" tanya Leo.
"Gue ga sengaja nyenggol gelas, tangan gue luka makanya lama" jawab Lexi.
"Udah loe obatin?" tanya Leo yang kini ditemani dengan raut khawatirnya.
"Loe tenang aja kak, udah kok. Yaudah ayo berangkat. Katanya harus cepet" ajak Lexi dan diangguki oleh Leo.
Hening, itulah keadaan di dalam taxi yang ditumpangi oleh Lexi dan Leo. Tak ada sama sekali percakapan dari awal mereka memasuki taxi itu, Lexi semakin bingung sebenarnya ada apa? Mengapa Leo diam saja? Dan perasaannya kembali pada saat hari pertama olimpiade selesai. Resah, perasaannya resah entah karena apa. Ia merasa feelingnya kali ini benar, jika ada sebuah kabar buruk yang akan ia terima. Hingga akhirnya taxi berhenti disebuah rumah sakit yang sangat megah itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/165294849-288-k812651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BADXIA (END)
Fiksi RemajaBagaimana pendapat kalian jika mendengar kata badgirl?. Tentu saja kalian akan berfikir dia yang selalu melanggar dan tak pernah mengharumkan nama sekolahnya tapi malah membuat nama sekolahnya semakin tercoreng. Tapi bagaimana dengan Lexi? Gadis can...