Fakta hanya kata

113 0 0
                                    

Secara awam fakta selalu di kreasikan sebagai suatu bentuk etimologi atas adanya logika, bukti, data dan kenyataan oleh Indra dari cara manusia membuat kesatuan yang utuh untuk mengidentifikasi akan kebenaran sesuatu. Terlepas dari itu semua fakta harus di dukung atas apa yang dapat terlihat sebagi satuan data dengan pemahaman yang dapat dipikirkan oleh logika sebagi kenyataan yang bersifat justifikasi dalam menentukan tindakan dan pemahaman. Kita dapat merelakan pikiran kita tentang dugaan sebagai alasan atas kebenaran akibat mengetahui sesuatu atas fakta. Fakta mampu memberikan perenungan yang berbeda terhadap manusia yang ingin memahami sesuatu hingga banyak orang yang melihat itu sebagi cara mengungkap jati diri manusia. Dari hal seperti ini manusia terkadang sudah tidak lagi mempercayai apa yang ada di dalam pikirannya karena apa yang dapat dilihat di depan matanya. Jika di urutkan bagian dan unsur fakta, pada akhirnya metode itu bisa di katakan menjadi jalan termudah dalam memahami akan adanya sesuatu yang bersifat substansi. Manusia mulai menerka dan memperkirakan lalu tahapan selajutnya mengidentifikasi mana bagian yang akan di kaji untuk di uji sebagi teori yang berujung sebagi alat memahami. Prosesnya tentu akan memberikan data hingga kesimpulan itu semua menjadi bukti walau dalam perenungan dan pengkajiannya selalu terkait akan opini. Dalam kehidupan nyata kerancauan dapat terlihat saat kita sebagi manusia menyadari atas penyebab akan bencana alam pasti memiliki alasan dan fakta yang mengakibatkan mengapa bencana itu terjadi walau kita dapat lebih mempercayai opini diri sendiri tentang Tuhan yang mengakibatkan itu terjadi. Tentang mempercayai Tuhan yang mengakibatkan bencana alam bukan fakta tetapi opini kita sendiri atas keyakinan yang di ilhami. Jadi apakah fakta harus menutupi pikiran kita akan pemahaman dan keyakinan? Tentunya setiap orang memiliki pikiran yang berbeda. Bahkan Bahasa juga tidak dapat meliputi semua pengungkapan rasa yang ada dalam jiwa dan hati, dan yang dapat terlihat oleh mata dan Indra hanya sebagi perumpamaan yang bermuara dalam makna fakta dan subtansinya. Fakta hanya kata dengan pengaruh yang dapat memberikan pikiran dan cara menyelesaikan suatu permasalahan yang memang harus ada namun tidak selalu bersifat substansi karena pada aspek-aspek tertentu itu tidak lagi sebagai acuan. Hingga dapat di sepakati bahwa fakta adalah alat terbaik untuk pengungkapan pikiran dan perasaan yang di alami walau pada saat tertentu opini menjadi alasan seseorang untuk menyakini sesuatu.

MEMBUKA OPINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang