Titik Terhina

120 1 0
                                    


Pandai berkata atau menjelma layaknya seorang yang berwibawa membawa kuasa atas orang-orang yang di anggap belum berupa. Hina, salah satu kata yang bermakna kosong apa bila objek yang di sangkakan tersebut tak merasa, lalu mengapa hal ini masih banyak di pergunakan untuk membungkam sesuatu atau menutupi sesuatu. Hina, bait kata yang mengundang kegaduhan bagi siapa saja yang merasa jatuh dari nilai diri yang di anggap tinggi. Tersudut atas hinaan yang menimpa dengan respon yang berbeda di tampilkan oleh seorang manusia. Harga diri yang terhina menuntaskan puncak dari sebuah kesabaran yang sangat sulit untuk di bangun. Mengerti diri terhina adalah langkah pertama menuju sebuah titik terhina tersebut, di luar titik itu mungkin rasa terhina itu belum ada tapi karena sudah berada pada titik terhina tersebut, hal itulah yang membuat seorang benar-benar menjadi terhina. Untuk memulai sebuah hinaan terkadang kita sendiri yang membuka bagian itu dari betapa cepatnya rasa itu muncul walauapun tak memberikan dampak yang signifikan akan sebuah kerusakan pada diri atau kondisi fisik dan kesehatan jiwa. Dengan adanya rasa hina itu sendiri dampak yang tak baik mulai bermunculan dengan liar dari segala aspek seorang manusia. Tidak ada suatu kehendak pun yang mampu membuat dirimu terhina selain dirimu sendiri. Titik terhina ini ada karena adanya korelasi antara batin dan pandangan sosial dari segelintir logika yang coba untuk di bangun. Itu sebabnya menghina bukan lagi perkara siapa yang menghina atau siapa yang terhina sebab membahas hal semacam ini adalah sebuah rutinitas dalam kehidupan. Mungkin orang dapat mencela dirimu Karena bentuk tubuh tidak baik atau bekas luka yang menghitam di kakimu tapi ingat mengapa hal itu dapat di katakan menjadi sikap menghina, karena adanya perasaan dirimu yang bergejolak membantah hal itu walaupun mungkin itu fakta atau tidak, jelasnya kita tidak akan pernah bisa terhina selama hati ini bisa menjaga rasa sabar dan tidak peduli. Hinaan juga  tidak selalu identik dengan kata makian atau menjelekan, kata sanjungan pun bisa menjadi sebuah hinaan besar bagi hati yang belum mampu  untuk terkendali seperti saat salah seorang pemuda menyapa seorang wanita yang berdiri di antara teman wanitanya, pemuda itu menyapa  dengan kata kau wanita paling cantik disini, apakah itu bukan sebuah penghinaan? sejujurnya itu penghinaan tapi karena hal seperti itu lumrah untuk sebuah keramahan tidak ada satupun yang merasa terhina dengan ucapan-ucapan seperti itu. Kita akan benar-benar berada pada titik terhina saat hati tak bisa membendung sangka atau mencoba mencela seseorang namun mereka tidak benar-benar merasa terhina.

MEMBUKA OPINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang