Kapasitas untuk Gengsi

87 4 0
                                    

Manusia sejatinya terlahir sama dengan perbedaan hadir setelah melewati masa dalam mencari pengetahuan atau jati diri dan identitas. Cara berpikir dan mental masing-masing orang memiliki permakluman yang pasti berbeda dalam memahami pribadi diri. Sebab untuk hal seperti gengsi pada dasarnya bukan sebagai tindakan yang tidak baik tau semacam kesombongan lebih tepatnya tentang cara memperdaya diri atas kapasitas yang dimiliki. Gengsi yang di lakukan tiap orang pasti berawal atas kapasitas diri walaupun faktanya bagian itu tidak dimiliki seutuhnya atau hanya sekedar penentuan untuk harga diri yang dirasa harus menjulang tinggi. Fenomena aneh di masyarakat kita saat ini adalah cara memandang seseorang dengan dua pengaruh yang signifikan tentang kapasitas bahwa segala sesuatu yang terlihat baik atau menjadi baik harus berada di posisi segalanya. Contoh dalam lingkup yang kecil adalah sekolah: bahwa murid harus mengenakan seragam jika bersekolah dan bebas jika tidak dalam lingkungan sekolah, semisal hal ini ada seorang murid nakal di luar jam sekolah melakukan tindakan kriminal, pandangan orang lain atau masyarakat umum tentunya menyalahkan sekolah dan keluarga tanpa pernah berpikir jika kapasitas dari orang tua dan sekolah itu terbatas selebihnya adalah bagaiman cara murid itu sendiri menilai hidupnya, sebaik apapun guru dan sepintar apapun seorang guru jika muridnya tidak mau belajar ya hasilnya akan sama, Nihil. Sama halnya dengan seseorang yang gengsi dengan makanan perlakuan tempat dan berbagai macam benda bergengsi. Nilai diri di anggap mutlak untuk di beri tonggak untuk sandaran atas setiap perlakuan antara dirinya dan orang lain. Merasa adalah suatu frase dari ketidakmampuan diri memaklumi Kapasitas diri sehingga timbul rasa enggan dan canggung dalam menjalani hari sebagai mana mestinya. Benar dan salah tentang hal ini bukanlah untuk menentukan apakah gengsi dan kapasitas diri menjadi bermanfaat atau tidak. Hal semacam ini adalah perkara biasa yang di lihat secara luar biasa karena pesan dan kesan secara meluas menimbulkan berbagai macam persepsi dan asumsi yang menjadikan penilaian untuk hal semacam ini di lihat secara luar biasa. Kita selalu menentukan letak kesalahan sesuatu atas dasar imbas yang di dapati pada diri bukan atas melihat dan merasakan bentuk objektifitas dari suatu perilaku atau tindakan yang memang tidak begitu memiliki maksud. Intinya ketika sudah mampu merasa menjadikan diri kita tidak berdaya di hadapan pikiran dan naluri kita sendiri.

MEMBUKA OPINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang