Masa di dalam hidup memiliki keistimewaannya masing-masing sehingga pembelajaran yang di dapati begitu kaya akan makna dan arti kehidupan. Masa sekolah menjadi landasan pengenalan nilai sosial yang memiliki tahap berbeda sedari SD Sampai SMA. Nilai, bentuk fungsi dan perilaku dibangun dalam masa ini untuk menjadi manusia yang patuh akan norma-norma kehidupan atau melanggar norma kehidupan. Ideologi dan prinsip manusia tidak selalu dibangun dengan masa yang cepat butuh penyesuaian atau pengalaman untuk merintis idealisme yang akan menjadi pegangan. Dalam proses itulah terkadang pergulatan terjadi akibat tuntunan dan gemerlap kemewahan dunia yang tentunya akan membuka lebar bagaimana cara lingkungan memandang kita. Masa yang berat akan membius jiwa untuk selalu bergumam dalam hati untuk menutupi kelemahan diri agar tidak menjadi bahan pembahasan di dalam lingkungan keluarga atau masyarakat. Penetrasi untuk memulai sesuatu akan terasa begitu canggung dirasakan di dalam masa peralihan saat remaja menjadi dewasa atau ke arah lebih tua. Hal ini akan di gapai sekitar usia 18- 30 dimana sejatinya kehidupan mulai terasa antar tetap menjalani kehidupan kekanakan atau sesungguhnya dewasa. Tuntutan itu yang membuat masa-masa ini sangat berat sehingga ujian dalam hidup lebih banyak kearah psikis bukan persoalan fisik. Pembahasan untuk masa ini memprioritaskan norma-norma kehidupan untuk tujuan kebahagiaan atau mewujudkan tuntutan yang ada. Bayangan kita sedari dulu ingin terus melangkah agar menjadi lebih dewasa akan tetapi rasa yang timbul akan berkebalikan saat tahu bagaimana jalannya kehidupan saat dewasa. Secara tidak sadar rasanya kita ingin kembali ke masa saat tak membutuhkan begitu banyak tuntutan untuk dipenuhi. Keharmonisan yang mungkin paling penting untuk di jaga adalah bagaimana sebaiknya melakukan apa yang perlu dan paling efisien untuk memenuhi tuntutan dengan penerapan seminimal mungkin agar terhindar dari perkara yang tidak penting dari Kebutuhan cinta yang terpenuhi dengan cinta, kebutuhan ekonomi terpenuhi dengan kerja, kebutuhan biologis terpenuhi dengan tabiatnya sehingga tak ada lagi sesuatu yang di pasang-pasangkan di dalam metafor-metafor dari Gimik yang berusaha membelokan cara berpikir kita. Sampai akhirnya keteraturan yang selalu di usahakan oleh kebijakan dari pemerintah bukan lagi bagian yang memang mendisiplinkan jalanya kehidupan kita, karena kesadaran kita akan nilai dalam diri ini haruslah mampu menghasilkan sesuatu dan tidak mengeluh akan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMBUKA OPINI
RandomHanya orang bodoh yang kebetulan berpikir tentang definisi dari kehidupan dan bagaimana perasaan hati yang harus kita hadapi demi mendapat kan bahagia dengan dorongan motivasi ???