Kecupan

7K 306 0
                                    

Arin malah semakin kejar menangisnya.

Arga mengambil beberapa tissue lalu diusapkan ke wajah Arin. Arga sangat tidak bisa terima kalau melihat gadis yang dicintainya menangis.

Arin sebenarnya kecewa dengan sikap Johan. Arin mengira kalau Johan adalah lelaki yang bisa menepati omongannya. Tetapi ternyata? tidak. Malah Arin tidak mengira jika Johan itu gila cewek.

"Udah ya nangisnya, kita balik lagi ke kelas" ajak Arga sambil menggenggam erat tangan Arin.

Sesampainya di kelas, Arin menyuruh Siti untuk menggantikan tugasnya sebentar.

"Sit, lo bisa kan nyatet ini dulu? soalnya gue lagi ga enak badan" tanya Arin sambil memberi Siti catatan.

"Oh bisa ko Rin, kalo sakit ke UKS aja" ucap Siti sambil mengambil catatan.

Arin hanya tersenyum melihat Siti. Arin pergi ke tempat duduknya, lalu dia merebahkan kepalanya diatas tas coklat kesayangannya.

Arin merasa hari ini adalah hari yang sangat sangat menyebalkan.

"Lo kenapa?" Tanya Vira yang melihat mata sembab Arin. Lalu duduk tepat didepan perempuan itu.

"Gapapa" jawab Arin singkat sambil mengangkat kepalanya.

"Lo nangis?"

Arin mengangguk lemah lalu tanpa sadar air mata itu turun lagi. "kalau itu, ke UKS aja yu gue temenin sambil numpang ngadem" ajak Vira sambil tertawa lalu menggandeng tangan Arin menuju UKS.

Arin mengangguk lalu mengikuti.

***

Arin dan Vira pergi menuju UKS. Mereka sedang asik berbincang bincang.

Tiba tiba saja seseorang memanggil Arin dari belakang sambil memegang tangan Arin.

"Arin"

Arin menoleh ke belakang, lalu segera melepaskan genggaman tangan itu.

"Maafin gue rin, gue ga ada maksud buat bikin lo marah kaya gini bahkan bikin lo jadi benci ke gue" pinta seseorang itu sambil tetap memegang kedua tangan Arin, yup siapa lagi kalau bukan Johan.

"Apaan si lo, sampah" ketus arin.

"Gue sayang lo rin" ucap johan.

"Buaya darat lo! Mulai sekarang, jauhin gue. Muak gue liat wajah lo yang so kecakepan itu" jawab arin.

"Maafin gue Rin, karena sebentar lagi waktu gue ga akan lama lagi disini. Gue mau pindah ke Singapura karena urusan orang tua gue"

"Rin maafin gue" Johan terus saja mengemis ngemis minta maaf.

"Ya" ucap Arin datar. Kemudian Arin menarik tangan vira, meninggalkan johan sendirian.

"Makanya jadi cowok jangan sok ganteng!" ucap Vira sambil membuka pintu UKS.

"Jangan bahas dia, gue udah muak" jawab Arin dingin.

Vira hanya mengangguk. Dia mengerti bahwa sahabatnya itu sepertinya sudah sangat membenci Johan. Mendengar namanya saja sudah membuat Arin muak.

"Rin, lo sakit? Muka lo pucet banget. Gue ambilin teh sama obat ya?" tawar Vira, tumben tumbenan dia baik, kesambet setan penunggu jendela gudang kali ya?

"Gausah vir, gue gapapa" tolak arin.

"Yaudah, sekarang lo tidur aja rin" ucap vira.

Arin segera mengangguk kemudian merebahkan dirinya diatas tempat tidur yang disediakan oleh fasilitas sekolah.

"Sorry ya rin, gue ga bisa nemenin lo. Hari ini ada ulangan MTK" ujar vira lembut.

"Iya gapapa"

Vira segera pergi meninggalkan arin sendirian di UKS.

Arin memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Tetapi nihil, ia tidak bisa.

Tiba tiba saja terdengar bunyi seseorang yang sedang membuka pintu, dengan segera arin langsung berpura pura tertidur.

"Lo sakit rin? Lo ga tau kalo gue khawatir lo kenapa napa. Pokonya lo jangan lupa makan, minum, dan minum obat. Istirahat yang cukup. Get well soon judes jelek" ucap seseorang itu sambil mengecup lembut rambut arin.

Arin hafal betul suara itu, suara yang sangat familiar ditelinganya. Ya, suara arga.

Eh tunggu tunggu, apa? Tadi arga menciumnya? Apa arin tidak bermimpi? Apa ini sungguhan?

Arga masih saja memandangi wajah tenang arin yang sedang terlelap.

"Rin, gue ke kelas dulu ya! Kalo ada apa apa, lo sebut nama gue 3 kali aja, nanti gue bakal terbang nyamperin lo" kekeh arga.

Arga segera mengelus lembut rambut arin. Kemudian meninggalkan arin yang masih terlelap dialam tidurnya.

Argarin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang