Semenjak putus dengan Arga, Arin merasa jika hidupnya seperti tidak ada tujuan. Gadis itu tidak mau makan, bahkan tidak mau keluar kamar. Ia lebih memilih untuk berdiam diri dikamar sambil terus menangis.
Sikap Arin yang seperti itu tentu saja mengundang berbagai macam pertanyaan dibenak Winda. Ia bingung dengan anak putrinya, berulang kali Winda menyuruhnya untuk makan, tetapi berulang kali juga Arin menolaknya.
Kini, Winda sekarang sedang berdiri tepat didepan pintu kamar Arin. Pintunya terkunci.
"Rin, makan dulu nak" ucap Winda sambil mengetuk ngetuk pintu Arin.
"Rin?" Winda mencoba memanggilnya.
"Arin? Kamu baik baik saja kan?" Tanya Winda khawatir. Masih tidak ada balasan dari Arin.
Winda berlari menuruni anak tangga menghampiri suaminya yang sedang menonton televisi.
"Kamu kenapa mah?" Tanya Ferdi bingung.
Winda menatapnya gelisah, ia ingin menangis. "Pah, Arin pah"
"Arin kenapa mah?" Tanya Ferdi, pria itu langsung beranjak bangun dari duduknya.
"Mending papa ikut mamah ke kamar Arin, Arin kan sudah tidak makan selama 4 hari. Mamah takut kalau Arin kenapa napa" ajak Winda.
Winda dan Ferdi dengan perasaan khawatir pergi menuju kamar Arin.
Karena pintu kamar Arin yang terkunci, membuat Ferdi langsung mendobraknya.
Alangkah terkejutnya Winda dan Ferdi begitu melihat Arin yang sedang tergeletak pingsan didepan meja belajarnya.
Winda menangis, ia berlari menghampiri putrinya. Mengguncang guncangkan tubuhnya, berharap jika putrinya akan bangun.
"Mah, lebih baik Arin kita bawa ke rumah sakit" ujar Ferdi.
Winda mengangguk sambil terus menangis. Ferdi mulai menggendong tubuh Arin ala bride style, lalu membawanya masuk ke dalam mobil.
Wajah Arin terlihat pucat, tubuhnya mulai mengurus, penampilannya acak acakan.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Winda tak ada henti hentinya menangis.
"Mah, jangan nangis dong" ucap Ferdi sambil terus menyetir.
"Gimana mamah ga nangis, Arin anak mamah. Mamah cuma takut Arin kenapa napa" balas Winda sedikit berteriak.
Ferdi terlihat kewalahan. Akhirnya ayah 2 anak itu memutuskan untuk diam.
Setibanya dirumah sakit, Arin langsung dibawanya masuk menuju ke ruangannya.
Winda dan Ferdi hanya bisa berdoa dan berharap supaya putrinya akan baik baik saja. Mereka berdua menunggu Arin tepat didepan ruangannya. Winda tak henti hentinya memandangi tubuh Arin yang terbaring lemah. Ferdi memutuskan untuk menelpon putranya, Rayhan.
"Halo, assalamualaikum Ray"
"Waalaikumsalam, kenapa pah malam malam nelpon?"
"Ray, adikmu masuk rumah sakit"
"Ko bisa pah? Rayhan terbang ke Jakarta malam ini juga"
"Oke, papah tunggu."
Ferdi langsung mematikan sambungan telepon selulernya dengan Rayhan.
"Kenapa pah?" Tanya Winda bingung.
"Rayhan akan terbang ke Jakarta malam ini juga mah,"
"Syukurlah"
Tidak lama kemudian dokter yang menangani Arin keluar ruangan menghampiri Winda dan Ferdi.
"Gimana pak kondisi putri saya?" Tanya Ferdi khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin [END]
Teen FictionTerimakasih pernah ada, HIGHEST RANK : #4 IN TAWA (10/07/2019) #10 IN ARGA (10/07/2019) #16 IN ARIN (10/07/2019) #1 IN ALASKA (22/06/2019) #5 IN OLIVIA (15/01/2020) #1 IN SHILA (16/01/2019) #9 IN RANGGA (16/06/2020) #1 IN BRENGSEK (16/01/2020) #10 I...