Ratu bucin tausiah

4.2K 154 0
                                    

Cahaya matahari terpancar jelas disela jendelanya, gadis cantik itu perlahan lahan membuka matanya. Ia menikmati suasana pagi hari yang cerah itu. Langkahnya beranjak menuju ke kamar mandi, ia ingin membersihkan badannya.

Sekitar 15 menit ia telah selesai membersihkan badannya. Kemudian gadis itu segera mengenai celana legging 3/4 disertai dengan kaos polos berwarna merah jambu. Ia menyisir rambutnya yang basah kemudian gadis itu segera turun menuju ruang makan.

Diruang makan ia melihat papa dan juga mamanya yang sudah memulai makan duluan tanpa menunggunya.

"Huh, makan ga nunggu nunggu" gerutu Arin sebal sambil duduk disebelah papanya.

"Kamu mandinya lama" ucap Winda.

Arin menyengir tanpa rasa bersalah "Namanya juga cewek ma"

Arin mengambil nasi beserta lauk, kemudian ia memakannya dengan tenang. Sesekali matanya melirik mama dan papanya yang masih makan juga.

Tok tok tok

"Mama bukain dulu" Winda beranjak bangun dari duduknya, kemudian wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda itu segera pergi menghampiri tamu.

Winda tersentak kaget, tetapi tidak lama kemudian ia tersenyum. "Arsya ya?"

"Iya Tante" ucap lelaki yang diketahui namanya adalah Arsya.

"Masuk dulu yuk? Sebentar ya, Tante panggilin anak tante dulu" pamit Winda.

Arsya segera duduk di sofa berwarna merah itu, ia menunggu kehadiran gadis cantik yang akan dijodohkan olehnya.

"Ekhem" suara deheman membuat Arsya menoleh ke sumber suara. Ia melihat gadis yang tak asing lagi baginya.

Arin terlonjak kaget melihat lelaki yang berada dihadapannya ini. Lelaki yang dulu sempat membuatnya hampir gila, lelaki yang telah membuat Arin menjadi trauma untuk merasakan jatuh cinta lagi. Tetapi semenjak Arin bertemu Arga, perlahan lahan Arin mencoba untuk memberanikan diri untuk mulai mencintai Arga. Arga adalah satu satunya orang yang telah membuat Arin merasakan kalau cinta itu benar benar ada. Arga memperlakukan Arin dengan istimewa, perlakuan yang Arga berikan kepada Arin sungguh beda dengan perlakuan yang Arga berikan kepada wanita lain.

"Rin.." panggil Arsya.

Arin menoleh, Arin benci mendengar suara itu.

"Kasih gue kesempatan satu kali lagi, izinin gue buat berubah demi lo" ucap Arsya tulus dengan suara yang bisa terbilang lembut.

Arin menjauhkan jaraknya dengan Arsya. Ia mundur perlahan. Nafasnya memburu, Arin terlihat seperti orang yang sedang menahan emosinya supaya tidak meluap luap.

"Basi" umpat Arin.

"Mending lo pergi dari rumah gue! Gue ga sudi nerima tamu brengsek kaya lo!" Ucap Arin, suaranya meninggi.

Arsya mendekat ke arah Arin, ia memeluk erat tubuh Arin. Jujur, ia sangat merindukan Arin. Aroma vanilla menempel tepat dirambut Arin, Arsya suka aroma itu.

Arin berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan pelukan itu. Ia mendorong tubuh Arsya melalui kedua tangannya. Namun sayangnya tubuh Arsya lebih kuat daripada tenaga Arin.

"LEPASINN!!" Arin berteriak.

Arsya melepaskan pelukan itu. Sejujurnya ia masih ingin melepas rindu dengan Arin setelah 5 tahun lamanya ia tidak pernah bertemu.

"PERGI!!" Usir Arin.

"Rin, maafin gue.."

Arin tak bergeming ditempatnya.

Argarin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang