Cuaca yang mendung tak membuat arin kehilangan semangat untuk pergi ke sekolah.
Arin menggendong tas coklat dibahu kanannya, menyusuri tiap tiap koridor yang masih terbilang sangat sepi.
"Rin.." merasa dirinya dipanggil, arin menoleh ke arah sumber suara.
Arin menatap datar ke arah si pemanggil. Hatinya kembali sakit ketika mengingat kekecewaan yang telah ia lakukan kepada arin.
Arin ingin sekali rasanya pergi dari situasi tak mengenakan ini. Tetapi apa daya, ia tak bisa berbuat apa apa ketika si pemanggil mulai berkata kata.
"Gu.. Gue minta maaf" ucap si pemanggil itu tulus, Lyra.
Hening.
Arin membisu ditempatnya.
"Rin, gue tau gue salah.."
Masih saja hening.
Arin masih tidak mau mengeluarkan suara.
"Gue ga ada maksud buat ngerebut arga dari lo. Rin, plis gue minta maaf.. Maafin gue rin" Tanpa aba aba, cairan bening itu keluar dari mata Lyra.
Arin memeluk erat tubuh Lyra. Berusaha menenangkan, bagaimana pun juga Lyra adalah sahabatnya, sahabatnya saat SMP.
Lyra membalas pelukan arin. Kemudian air mata Lyra tumpah sejadi jadinya.
Arin melepaskan pelukannya dengan Lyra kemudian arin dengan segera menghapus air mata Lyra.
"Lo gausah nangis ly, gue udah maafin lo. Bagaimana pun juga, lo itu tetap sahabat gue! Dan gue mau lo janji ga akan ngelakuin hal kaya gitu lagi" ucap arin.
"Iya rin gue janji, gue ga akan nyia nyiain kepercayaan lo lagi" lirih Lyra. Arin tersenyum tulus mendengarnya.
***
"Shil, arin mana?" tanya arga ke shila. Karena tumben tumbenan sekali arin belum datang.
"Gatau gue juga"
Tiba tiba saja arin datang lalu segera memasuki kelasnya kemudian duduk dibangkunya.
"Lo harus tau" ucap arin ke teman sebangkunya, Vira.
"Ape"
"Lyra minta maaf ke gue"
Vira terlonjak kaget. "Ha serius? Minta maaf gimana dia"
"Ya begitu dah"
"Terus lo maafin?" tanya Vira yang langsung mendapat anggukan kepala dari arin.
"Sumpah ya, kenapa coba harus lo ma--" ucapan Vira terpotong karena tiba tiba Rafa datang menghampirinya.
"Ikut gue" ajak Rafa yang langsung menarik tangan Vira paksa.
"Kemana si?" dengus Vira.
"Dipanggil kepala sekolah! Cepet"
Vira hanya mengangguk kemudian segera bergegas pergi bersama Rafa.
Selepas Vira pergi, Arga datang menghampiri arin kemudian duduk disebelahnya.
"Lo kemana aja? Gue cariin ditempat pensil gaada" ledek Arga yang langsung mendapat cubitan dari arin.
"Ih, emangnya gue sekecil itu?!" omel Arin.
"Lo itu bukan kecil"
"Terus apa?"
"Kurang besar"
"ARGAAAAA...!!!" teriak Arin yang langsung mendapat tatapan mata dari teman sekelasnya.
"Woi berisik banget lo mentang mentang couple" omel Alaska yang tiba tiba bangun dari tidurnya karena mendengar teriakan arin.
"Sirik aja lo jomblo!" cibir Arga.
"Gapapa jomblo gue bahagia ga kaya si Fino ngenes banget hahaha" ucap Alaska yang langsung mendapat toyoran kepala dari Fino.
"Enak aja lo! Gue ga jomblo kampang!" bela Fino.
"Oh ternyata Fino udah punya pacar toh, emangnya ada yang mau?" ledek Rangga.
"Ya adalah, udah tau gue ganteng"
"NAJIS" timpal Arga.
"Siapa si pacar lo? mentok mentok juga si Siti" ucap Rangga.
"Astagfirullah, jelas bukan lah gila!"
"Siapa dah terus?" tanya Alaska kepo.
"Ibu BH" ucap Fino enteng disertai dengan cengiran kuda khasnya.
"INDYNA?" kali ini arin yang bersuara. Arin sekilas melirik ke arah Indy yang tersenyum malu.
"Iya, temen lo itu tong!"
Arin masih menganga tidak percaya, yang arin ketahui Indy itu tidak pernah terbuka ataupun sekedar bercerita tentang cowok yang disukainya.
"Ko temen gue mau sih sama yang modelan lo?" tanya Olivia.
"Ya kan udah gue bilang oli, kalau gue itu ganteng" ucap Fino sambil menaik turunkan alisnya.
"Ebuset yang ada muka lo itu kaya maling sempak pembantu gue" ujar Rangga yang langsung mendapat tawa dari teman sekelasnya.
"Woi indy! Serius lo pacaran sama si kutu kupret ini?" teriak Rangga.
"Kepo amat lo" ketus Indy.
"Tuh indy aja ga ngaku si kalo lo pacaran sama dia" ledek Dhirga.
"Ndy, kita kan bener pacaran ya?" tanya Fino sambil menunjukan wajah melasnya.
"Iya" jawab Indy datar.
"Tuh kan gue bilang apa ye..ye..ye..ye" teriak Fino kegirangan sambil melompat lompat layaknya seorang monyet yang sedang diberi makan pisang.
"Berisik lo orang utan!" Shila yang sedang membaca pun kali ini memberhentikan aktivitasnya, merasa terganggu oleh keberisikan Fino.
"Mampus lo macan marah" ucap Rangga.
"Paan si lo" ketus Shila.
"Yaila ketus amat lo ndut sama Rangga! Mantan lo juga dia!" ledek Arga yang sukses membuat pipi shila memerah.
"Tau lo shil, kemarin kan lo curhat ke gue katanya lo masih sayang sama rangga" ucap Arin dengan nada menggoda.
"Apa sih gausah buka kartu deh" ucap Shila menyembunyikan rasa malunya.
Sementara itu Arin hanya tertawa menang.
Yaallah, gue punya temen ngapa ember banget ya mulutnya. Batin shila.
"Balikan lah rang" kali ini Fino yang bersuara.
"Dih apaan si! Gajelas lo pada" ujar Rangga cengengesan.
Faktanya memang benar jika Shila dan Rangga sempat menjalin kasih. Tetapi hubungan mereka kandas ditengah jalan, sampai saat ini pun shila masih belum mengetahui alasan kenapa rangga memutuskannya pada hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin [END]
Teen FictionTerimakasih pernah ada, HIGHEST RANK : #4 IN TAWA (10/07/2019) #10 IN ARGA (10/07/2019) #16 IN ARIN (10/07/2019) #1 IN ALASKA (22/06/2019) #5 IN OLIVIA (15/01/2020) #1 IN SHILA (16/01/2019) #9 IN RANGGA (16/06/2020) #1 IN BRENGSEK (16/01/2020) #10 I...