Dijodohin?

4.2K 160 0
                                    

Pukul 15.00 acara makan bersama di restoran baru saja selesai.

Arin, Arga, Fino, Indy, Rangga, Shila, Vira, Rafa, Alaska, Dhirga, dan Olivia berjalan bersama menuju ke parkiran mobil.

Parkiran mobil yang luas membuat Alaska meloncat loncat kegirangan.

Bugh

"Aduuhhh, siapa sih yang buang kulit pisang sembarangan" pekik Alaska sambil memegangi bokongnya yang terjatuh karena kulit pisang.

Arin tertawa terbahak-bahak melihat Alaska terjatuh, apalagi dengan ekspresi wajahnya yang melas.

"Ngapa lo haha?" Tanya Rangga dengan nada mengejek.

"Bantuin ke, malah ngetawain! Dasar teman laknat otak mesum lo!" Cibir Alaska.

Rangga hanya mengerucut kan bibirnya.

"Langsung mencar aja kali ya?" Tanya Rafa yang langsung mendapat anggukan dari teman temannya.

"Yaudah, gue duluan dah! Mau jemput seseorang" pamit Dhirga.

"Jemput siapa lo?" Alaska memicingkan matanya.

"Anak kecil gaboleh kepo sama urusan anak gede."

"Sialan!" Umpat Alaska.

Dhirga segera memasuki mobilnya kemudian ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Gue juga duluan dah" ucap Rafa sambil menggandeng tangan Vira.

"Mentang mentang udah jadian, jadi gandengan mulu. Mau nyebrang jalan tol?" Tanya Alaska.

"Makanya pacaran! Dasar jomblo dari lahir" ucap Rafa.

Rafa dan Vira segera pergi meninggalkan perkarangan restoran itu.

Alaska memajukan bibirnya beberapa centi.

"Gue juga duluan ya" pamit Rangga.

"Duluan kemana lo? Akhirat?" Tanya Alaska.

Arin dan Arga hanya menyimak pembicaraan dua makhluk hidup itu.

"Ke hati mu" jawab Rangga sambil menyengir.

"N A J I S"

Rangga mengambil mobilnya, kemudian Shila segera memasuki mobil Rangga.

Hanya tersisa Arin, Arga, Olivia, dan Alaska saja diparkiran restoran itu.

"Yaudah yuk pulang!" Ajak Arga yang langsung mendapat anggukan kepala dari Arin.

Mereka berdua memasuki mobil, kemudian Arga dengan segera melajukan mobilnya.

"Kita ngapain disini? Ayu pulang!" Gerutu Olivia.

"Ya sabar ngapa neng, kan Abang belum ngambil mobilnya"

"Ya makanya cepetan ambil!"

"Iya bawel, untung sayang" pekik Alaska.

Olivia hanya memutar bola matanya malas, sesekali ia mencuri pandang ke Alaska yang sedang mengambil mobilnya.

***

"Langsung ya" pamit Arga.

"Hati hati"

Arga segera melajukan mobilnya. Meninggalkan perkarangan rumah Arin.

Arin membuka pintu coklatnya, terlihat disana kalau mamanya sedang duduk sambil menonton televisi di ruang tengah.

"Assalamualaikum mah" Arin menyalami punggung tangan mamanya.

"Waalaikumsalam.. duduk Rin, ada yang mau mama omongin" ucap mamanya.

Arin meneguk salivanya susah. Sedari tadi Arin celingak-celinguk mencari keberadaan abangnya. "Ka Rayhan mana mah?" Tanya Arin.

"Sudah kembali lagi ke Yogyakarta"

Arin hanya ber-oh ria.

"Rin, kamu tau Tante Susi kan?" Tanya Winda memulai pembicaraan.

"Tau" jawab Arin.

"Tante Susi sudah meninggal, tepatnya 2 bulan yang lalu. Mama nyesel ga sempat datang ke tempat peristirahatan terakhirnya" ucap Winda.

"Inalillahi, meninggal gara gara kenapa mah?"

"Serangan jantung. Susi itu teman mama sewaktu mama SMP, mama sama Susi sempat membuat perjanjian.."

"Perjanjian apa mah?"

"Menjodohkan kamu dengan anaknya"

"Ha? Mama bercanda kan? Kan mama tau sendiri kalo Arin sudah ada Arga" lirih Arin.

"Iya mama tau, tapi apa kamu ga mau nurutin permintaan Tante Susi untuk yang terakhir kalinya? Kamu mau ngelawan sama mama?"

Arin sempat berfikir sejenak. Kenapa mamanya jadi keras seperti ini. "Tapi gimana sama Arga?"

"Kamu jalanin saja dulu sama anaknya Tante Susi, soal Arga biar mama yang urus"

Arin mengangguk kemudian segera memasuki kamarnya. Hatinya sedang tidak karuan, bagaimana jika Arga tau kalau ia telah dijodohi oleh teman mamanya?

"Rin, besok anaknya tante Susi mau kesini, kamu harus temui dia ya" ucap Winda diambang pintu kamar Arin.

Arin menoleh. "Iya"

Entah, Arin bingung harus melakukan apa. Disatu sisi Arin sangat menyayangi Arga, tetapi disisi lain Arin tidak mungkin membantah perintah mamanya. Arin terlibat dalam perjanjian konyol ini.

***

"Non, makan malam dulu non!" Ucap bi asih sambil mengetuk pintu kamar Arin.

"Iya bi, Arin turun sekarang" Arin mencepol asal rambutnya kemudian ia segera menuruni tangga menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada mama dan papanya yang telah menunggunya.

Mereka makan malam dengan tenang, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Bagi Arin, makan malam ini kurang lengkap tanpa kehadiran Rayhan, abangnya yang sekarang sedang berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan kuliahnya.

"Arin, papa mau bicara sama kamu" Ferdi memulai pembicaraan.

Arin mendongkak ke arah papanya. "Apa?"

"Kamu mau kan kalo papa jodohin sama anaknya Tante Susi?" Sejujurnya Ferdi mengerti kalau anaknya sangat menyayangi Arga, tetapi apa boleh buat? Susi telah mewasiatkan kepada Winda supaya menjodohkan Arin dengan anaknya.

"Arin gatau pa.." lirih Arin.

"Oke papa paham, kamu jalani dulu saja sama anaknya Tante Susi. Tidak usah memikirkan Arga" tegas Ferdi.

Bagaimana bisa Arin tidak memikirkan Arga? Arga yang notabennya sebagai kekasihnya Arin. Arin sangat menyayanginya Arga, begitu pun sebaliknya. Namun perjalanan cinta mereka berdua terhambat karena Winda telah membuat perjanjian dengan Susi untuk menjodohkan Arin dengan anaknya.

"Jangan lupa besok kamu harus ketemu sama anaknya Tante Susi" ucap Ferdi memperingati.

"Iya"

Arin beranjak dari duduknya kemudian ia segera pergi menuju kamarnya. Dikamar Arin merenung, kenapa perjalanan cinta nya begitu rumit?

Argarin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang