Suasana sepi dan sunyi terdapat didalam ruang perpustakaan. Arin mengambil satu buku dari salah satu rak perpustakaan. Kemudian Arin segera membaca buku itu.
Arin membaca tanpa suara atau bisa dibilang ia membaca dalam hati. Ia berjalan menuju ke tempat duduk yang telah disediakan oleh perpustakaan.
"Ceritanya bagus," gumam Arin sambil melanjutkan kegiatan membacanya.
Gadis itu tidak sadar jika ada seseorang dibalik pintu perpustakaan yang sedang memperhatikannya dari tadi.
Perlahan lahan seseorang itu mulai melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Arin duduk.
"Hai" sapanya hangat sambil ikut duduk disebelah Arin.
Arin menutup buku yang dibacanya, kemudian menoleh ke arah sebelahnya. "Arga?"
Arga tersenyum sambil menatap lekat wajah Arin. "Ngapain disini?"
"Makan bakso" jawab Arin asal.
"Masa iya makan bakso diperpustakaan" ucap Arga sambil menaikkan alisnya sebelah.
Arin menatap Arga jengkel. "Udah tau baca buku, pake nanya"
Arga tertawa kecil. "Sensi banget deh hari ini"
"Emang,"
"Kenapa? Lagi pms?"
Arin menganggukan kepalanya singkat.
"Pantesan," gumam Arga.
"Pantesan apa?" Tanya Arin sambil menunjukkan wajah garangnya.
"Eh, ngga apa apa" balas Arga sambil menyengir.
Arin beranjak bangun dari duduknya, ia ingin meletakkan kembali buku yang barusan saja dibacanya.
Arga menatap Arin bingung, kemudian lelaki itu mulai mengikuti Arin dari belakang.
"Mau kemana?" Tanya Arga.
"Kesini" jawab Arin sambil membawa buku yang barusan saja ia baca, Arin meletakkan buku itu diatas rak perpustakaan.
Arga mengangguk. Arin berbalik badan menghadap Arga. Ia memperhatikan wajah Arga, wajahnya terlihat sangat serius.
"Kenapa?" Tanya Arin bingung.
"Aku mau ngomong," ucap Arga to the point.
Arin terdiam. Pikirannya melayang layang, ia takut jika Arga akan pergi meninggalkannya.
"Tapi ga disini" sambung Arga.
Arga menarik pergelangan tangan Arin, membawa gadis itu menuju ke rooftof.
Sesampainya dirooftof, Arga menyuruh Arin untuk duduk. Arin menuruti perintah Arga, ia duduk tepat disebelah Arga.
Arga masih saja terus menunjukan wajah seriusnya, sepertinya ia bingung harus memulainya dari mana. Arin yang memperhatikan itu hanya memandangnya risau dan bertanya tanya didalam hati, kira kira apa yang akan Arga bicarakan.
Perlahan lahan Arga mulai beranjak bangun dari duduknya. Ia berjalan menuju ke jendela rooftof yang kebetulan sedang terbuka. Arga menghembuskan nafasnya pelan sambil menatap bangunan yang berada disekeliling rooftof.
"Ga, apa yang mau kamu omongin?" Tanya Arin bimbang.
Arga berbalik badan menghadap ke arah Arin. "Aku bingung Rin harus mulai dari mana,"
Arin menatap wajah Arga lekat. "Omongin pelan pelan"
"Iya," balas Arga.
Arga berjalan menghampiri Arin lalu duduk disebelahnya.
"Aku mau pergi," ucap Arga pelan tanpa menatap Arin.
Arin memandang Arga dengan penuh kebingungan. "Pergi?"
"Iya, aku mau pergi"
"Pergi, dalam artian?" Tanya Arin. Gadis itu masih berusaha untuk bersikap tenang.
Arga menghembuskan nafasnya. "Aku harap kamu paham,"
"Maksudnya? Jelasin yang benar" ucap Arin sedikit berteriak.
Arga terlihat bingung saat Arin memaksanya untuk terus menjelaskan.
"Ga, jelasin" ucap Arin dengan suara parau.
"Aku mau pergi Rin," ucap Arga pelan, ia masih saja tidak mau menjelaskan ke Arin. Arga menatap mata Arin yang terlihat sayu.
"Pergi apa maksudnya?" Tanya Arin. Ia mencoba menahan supaya air matanya tidak jatuh.
Arga terdiam.
"Oke kalo kamu ga mau ngejelasin, aku paham kok" ucap Arin pelan.
Arga menatap Arin dengan penuh tanda tanya.
"Putus kan maksud kamu?" Tanya Arin, gadis itu memandang Arga sambil tersenyum simpul.
"Hm iya, maaf Rin.." ucap Arga sambil memandang lekat wajah Arin.
"No problem," balas Arin. Kali ini air matanya mulai turun membasahi pipinya. Ia menyembunyikan wajahnya, berharap jika Arga tidak melihat saat Arin sedang menangis.
Arin terdiam sambil menghapus air matanya, padahal didalam hatinya sangat sakit rasanya begitu mendengar Arga mengucapkan kata pergi kepadanya.
"Aku ke kelas duluan ya Rin," pamit Arga secara tiba tiba sambil berjalan pergi meninggalkan Arin yang masih berada didalam rooftof.
Arin memandangi pundak Arga yang mulai menjauh darinya.
Selepas Arga pergi, Arin kembali menangis. Ia tidak menyangka jika Arga yang ia bangga banggakan ternyata malah pergi meninggalkannya.
Arga nya begitu baik, tetapi kenapa kali ini sikapnya sungguh berbeda? Bahkan bisa dibilang sangat jahat. Teganya ia meninggalkan wanita seorang diri yang sedang menangis karenanya.
Pikiran Arin sangat kacau saat itu, yang ingin ia lakukan hanyalah menangis, menangis, dan menangis.
Sudah hampir setengah jam Arin masih saja tidak mau beranjak pergi dari rooftof. Arin merasa jika rooftof adalah tempat yang paling tepat untuk meluapkan semua tangisannya. Meluapkan semua kesedihan yang ia rasakan hari ini.
Arin mengambil ponselnya yang berada disaku bajunya. Ia mulai membuka galeri nya, kemudian mencari foto dirinya dan Arga.
Arin menatap foto nya dan Arga sambil terus bergumam, "Kenapa harus pergi sih Ga? udah tau gue paling lemah kalo ditinggalin lo."
Difoto itu Arga dan Arin sama sama sedang tersenyum. Berbeda betul jika dibandingkan dengan yang sekarang. Kalau yang sekarang bisa jadi saja Arga juga sedang tersenyum, tetapi tidak dengan Arin, melainkan dengan orang lain.
Arin kembali melihat foto Arga lagi, tetapi yang kali ini berbeda. Ia melihat foto Arga yang sedang sendiri. Arga terlihat tampan saat itu, apalagi difoto itu kebetulan Arga sedang mengenakan jaket denim. Tiba tiba saja Arin langsung bergumam sambil terus menangis, "Terima kasih dan selamat tinggal."
***
ENDING JUGA WOI AKHIRNYAAAAAAAA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin [END]
Teen FictionTerimakasih pernah ada, HIGHEST RANK : #4 IN TAWA (10/07/2019) #10 IN ARGA (10/07/2019) #16 IN ARIN (10/07/2019) #1 IN ALASKA (22/06/2019) #5 IN OLIVIA (15/01/2020) #1 IN SHILA (16/01/2019) #9 IN RANGGA (16/06/2020) #1 IN BRENGSEK (16/01/2020) #10 I...