☀☀☀
Kau seperti matematika yang harus dipecahkan.
Seperti fisika yang penuh rumus kehidupan.
Seperti teka-teki kimia yang membingungkan.
Seperti fakta biologi yang menakjubkan.Aryananda
☀☀☀
Pagi ini Luvi tampil dengan gaya berbeda. Berikan apresiasi pada Elis yang berhasil merubah Luvi tampil dengan gaya baru.
"Ini berlebihan," celetuk Luvi.
Elis sedikit terkekeh, "kau cocok dengan gaya rambut itu."
Rambut Luvi yang semula ikal dan sering tergerai, sekarang ia harus bisa beradaptasi dengan rambut lurusnya. Ditambah lagi poni yang menutupi dahi, membuatnya terkesan imut dan cantik di waktu bersamaan.
"Dan kau? Sudah berapa kali kau ganti model rambut? Dasar pelanggan salon!" nyinyir Luvi
Ya, sebelum ini mereka berdua pergi ke salon. Dan sekalian belanja-belanja pakaian untuk elis yang akan tinggal lebih lama di mansion Luvi.
"Terlihat anggun bukan?"
Elis mengibaskan rambut barunya, rambut coklat lurus panjangnya. Serasa bangga dengan pilihannya, membuat Luvi harus muak di pagi hari.
Luvi lebih memilih memakan sandwich-nya cepat. Sebelum ia harus kehilangan selera makannya.
"Kau suka?" tanya Elis.
"Hm..... semua enak jika bisa dimakan."
Seketika Elis ingin sekali menceburkan manusia es itu ke Laut Antartika.
"Haha. lucu sekali," Elis tertawa garing.
Setelah itu tidak ada yang angkat bicara. Elis dan Luvi tengah fokus menyantap sarapan mereka.
Setelah makan, Luvi mengambil tisu, mengelap sisa makanan di bibirnya, dan segera beranjak dari kursi.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam," jawab Elis dan Bi Ira.
Dan ya, untuk suatu kebiasaan mengucap salam adalah kebiasaan Luvi setiap pagi yang tidak terlupakan.
Luvi berjalan dengan anggunnya ke mobil mercy keluarganya.
Ada Pak Salman disana. Ia membukakan pintu untuk Luvi.
"Em.. Pak Salman, seperti biasa saya mau di belakang," jelas Luvi sedikit bingung karena Pak Salman membuka pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Fiksi RemajaIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...