38. My Crazy Family

338 11 0
                                    


☀☀☀

Terkadang gue bersyukur.
Punya keluarga dan teman dengan sifat absurd dan kekonyolannya.
Itu suatu point tersendiri buat gue.
Karena mereka, gue tidak akan kesepian lagi.

---- Luvina Anggara ----

☀☀☀

"Luvi, ambil ini!"

Jimmy memberikan Luvi kotak warna putih sebelum ia berangkat sekolah.

"Apa ini, Kak Jim?"

"Ambil saja! Dan nanti ya bukanya!"

Luvi tersenyum lebar. "Oke, makasih Kak Jim."

"Sayang, ini untukmu."

"Te-terima kasih, Ma."

"Lululu.... Beruang kutub jelmaan semut merah, gue ada sesuatu untuk lo," teriak Elis dari lantai dua.

Elis dengan cepat mendobrak pintu kamarnya dan berlari ke arah Luvi. Menghiraukan perkataan khawatir Rahma yang takut Elis tergelincir menuruni tangga.

"Ini," ujar Elis sambil memberi boneka yang dibungkus plastik.

Luvi menerimanya. Ia heran. Hari ini banyak sekali yang memberinya hadiah.

"Kenapa pada beri Luvi hadiah? Ini hari apa? Perasaan, hari ulang tahun Luvi masih lama."

Mendengar itu, mereka seketika terbahak. Elis mendekat ke arah Luvi dan menepuk bahunya.

'Mereka kenapa? Kesurupan setan pagi?'

"Ya ampun, manisku, cintaku, Ice Princess-ku yang menawan nan bar-bar. Liat disana deh!"

Luvi melihat arah tunjuk Elis. Disana ada kalender. Tertera tanggal 25 agustus.

"Ya, terus kenapa? Tanggal 1 September masih seminggu lagi."

Dan seketika mereka kembali tertawa. Luvi yang seperti orang bodoh sendirian jadi mendadak kesal.

"Kalian ini kenapa sih?! Kalau masih mau menghabiskan persediaan ketawanya, nanti aja deh! Luvi mau berangkat sekolah."

Baru saja Luvi ingin beranjak pergi, tapi keburu dicekal Elis.

"Eits! Apa lo kagak inget hari apa ini?" tanya Elis lagi.

Luvi memutar bola matanya malas. Mereka berempat seperti mengulur-ulur waktunya.

"Tidak. Cepat katakan atau aku langsung cabut lari!"

"Eits, iya-iya. Kagak sabaran amat." Elis sontak mengambil tas Luvi.

"Heh, kenapa tas gue? Gue mau sekolah."

"Hust! Udah deh. Nurut aja!"

Setelahnya, Luvi dibawa ke lapangan belakang sama mereka berempat. Dalam keadaan ia juga panik kalau nanti bakal telat ke sekolah.

"Kalian---"

Seketika kalimat protes di otak Luvi mendadak hilang begitu saja. Ia dengan terkejutnya, melihat Devan menuju ke arahnya.

"Halo, adik kecilku."

Luvi melongo. Ia seakan tidak percaya. Devan? Bukannya dia kuliah sekarang?

"Kak..."

Devan terkekeh. Ia kemudian sedikit minggir ke samping. Seketika Luvi takut kalau sampai bola matanya mencelus keluar sangking kagetnya dia.

"K-Kak, itu..."

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang