☀☀☀
Ketika kau melakukan suatu aksi.
Itu artinya kau siap berhadapan dengan 'reaksi'.Entah itu menguntungkan atau merugikan.
☀☀☀
Setelah mendapat motivasi dari Bu Dilara, Luvi terdorong untuk belajar lebih serius. Berkali-kali ia akan mencoret-coret kertas di sampingnya untuk menghitung rumus fisika. Gyan juga tak mau kalah. Bertumpuk-tumpuk buku referensi ada di sampingnya, siap untuk dibuka apabila ia lupa teori atau rumus.
Bu Dilara dan Bu Siska yang melihat keseriusan dua murid itu hanya bisa tersenyum dan mengawasi gerak-gerik mereka. Sepertinya mereka tidak akan salah pilih peserta kali ini.
"Dari awal saya kesini, sekolah ini belum pernah berhasil merebut juara 1."
Perkataan Bu Dilara lantas menarik Luvi dan Gyan menatap dua mentornya itu.
"Hm, benar sekali, Bu Dilara. Bahkan tahun kemarin, perlombaan ini dimenangkan oleh siswa kelas 10," timpal Bu Siska.
Luvi menaikkan sebelah alisnya. Kalau tahun kemarin dimenangkan oleh kelas 10, itu artinya Luvi dan sang pemenang itu satu angkatan. Entah kenapa, Luvi jadi makin penasaran.
"Dari sekolah mana, Bu?" tanya Luvi.
Bu Siska memasang mimik berfikir. "Kalau tidak salah, SMA asal Gyan. SMA Cempaka. Sekaligus saingan terberat kita kalau lomba akademik semacam ini," terangnya kemudian.
Luvi sedikit terkejut. Ia kemudian melirik laki-laki di sampingnya. Gyan sekarang sudah fokus ke soal di hadapannya. Mata lurusnya dan poni bak tirai itu seakan menampakkan keseriusan yang tak bisa diganggu.
Sejenak pikiran Luvi melayang ke perkataan Bu Siska tadi.
'Gyan sangat jago dalam hal Sains. Dan pemenang kemarin adalah kelas 10, seangkatan dengan gue. Kenapa gue rasa....'
"Bu Siska!"
"Ada apa, Luvi? Ada yang kesulitan?"
Luvi menggeleng. "Saya hanya ingin tau. Pemenang lomba sains tahun kemarin bisa dilihat lewat internet nggak?"
Bu Siska mengerutkan kening. Tumben Luvi akan bertanya di luar materi.
"Tentu. Karena ini program pemerintah, jadi kamu bisa melihatnya lewat internet."
Entah kenapa rasa penasaran Luvi semakin mencuar. Ada prasangka aneh yang melandanya. Dan ini berkaitan erat dengan lelaki di sampingnya. Prasangka itu makin menjadi saat ia sadar Gyan begitu tenangnya mengerjakan soal fisika.
'Kenapa gue jadi berpikiran aneh gini, sih?! Masa iya, dia yang jadi pemenangnya? Tapi dari fakta, murid SMA Cempaka memiliki nilai akademik lumayan tinggi.'
"Saya jadi penasaran. Bu Siska bisa mencarikannya?" sahut Bu Dilara.
Good! Bu Dilara memang pas sekali dengan isi hati Luvi. Kalau begini, pertanyaan hatinya akan segera terjawab.
"Tentu. Pak Fauzan kemarin memberi saya dokumennya. Dia selaku ketua pelaksana tahun kemarin. Kebetulan juga saya lupa membukanya, jadi ikut penasaran."
Bu Siska lantas menarik HP di tas kecilnya. Menggeser layarnya dan kemudian jarinya bergerak seperti tengah mencari sesuatu.
"Ini dia!"
Luvi menghentikan acara 'mengoyak soalnya' dan mengalihkan pandangan penuh ke HP Bu Siska yang sudah tergeletak di meja. Jadi, HP Bu Siska sudah jadi di tengah-tengah. Pandangan ketiga orang itu fokus membaca isi copy-an dokumen. Tapi setelah itu, Luvi bernapas lega.
![](https://img.wattpad.com/cover/166322685-288-k55510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Teen FictionIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...