☀☀☀Rasanya ada yang harus gue ingat mulai hari ini.
Jangan lihat sesuatu dari covernya!
-Luvina Anggara-
☀☀☀
"Luvina! Lu! Kamu kenapa?"
Luvi tidak peduli. Ia terus berlari ke arah kamarnya, tanpa mengucap salam. Rahma yang baru saja membuka pintu pun terkejut sekaligus khawatir. Pasalnya, Rahma dapat melihat dengan jelas raut masam dari wajah putrinya itu.
"Assalamu'alaikum, Kak Rahma."
Rahma menoleh. Di dapatinya, Dilara yang tengah tersenyum di ambang pintu dengan piala di tangannya.
Ow, sepertinya Putri kebanggaannya kali ini menang.
"Wa'alaikum salam, masuk saja, Dilara."
Dilara yang notabenya guru Luvi pun masuk. Ia meletakkan piala di meja ruang tamu. Dapat dilihat dengan jelas di sana, tertampang tulisan 'juara II'.
"Luvi kenapa, Ra? Apa dia kecewa karena dapat juara dua?" tanya Rahma sambil menghampiri Dilara dan duduk di sampingnya.
"Nggak. Mungkin dia sedikit terkejut saja," jawab Dilara relaks.
"Kenapa dia terkejut?" Rahma masih bingung.
Dilara lebih mendekat ke arah Rahma. Sedang Rahma yang tau isyaratnya, lantas mendekatkan telinganya. Dilara membisikkan sesuatu ke Rahma.
Dan setelah mendengarnya, Rahma sontak tertawa keras sampai harus memegangi perutnya. Dilara sendiri ikut terkekeh mengingatnya.
"Hahaha... Ya ampun, dasar anak remaja. Labil sekali pemikirannya."
"Kakak bicara seperti tidak pernah muda saja," Dilara menimbali.
"Beneran deh, Ra. Ini lucu abis. Nanti aku beri tau Fisya. Pasti dia juga ikut senang mendengarnya."
"Ini mah yang jadi profokator lama-lama aku, Kak," ujar Dilara dan kekehan di akhirnya.
Dan lagi, dua wanita dewasa itu kembali tertawa sampai terbahak-bahak.
Tanpa mereka sadari, Yasfa sudah ada di depan pintu, menatap dua orang perempuan dewasa itu heran. Seingatnya, dua wanita itu tidak akur sama sekali, bahkan bisa saja mereka bermusuhan sekarang. Tapi ini?
"Eh, Yasfa. Sejak kapan di situ?"
Yasfa terbangun dari renungannya. Ia lantas tersenyum lembut. "Baru saja, Bu Dilara. Ini mau nemuin Luvi."
"Oh, masuk saja. Luvinya di dalam kamar," terang Rahma.
Yasfa mengangguk, ia sempatkan mencium tangan dua wanita itu.
"Yasfa, ya?" tanya Rahma dengan senyum merekahnya.
Yasfa tersenyum kikuk. Ia mengangguk kemudian.
"Haha... Astaga! Kamu tetap saja lucu. Kamu teman SMP Lulu bukan? Apa teman Lulu lucu semua? Kenapa aku baru sadar?"
Yasfa melirik Bu Dilara. Yang dilirik hanya terkekeh tidak jelas. Apa hanya Yasfa di sini yang bingung sendiri? Atau mereka yang tiba-tiba mendapat kutu ketawa?
"Tidak usah kaku begitu, sayang. Anggap saja keluarga. Panggilnya Mama saja, ya!" terang Rahma, berhasil membuat Yasfa melongo seketika.
Apa dia yang amnesia? Atau ini hanyalah mimpi? Atau dia rabun? Atau yang dilihatnya ini bukan Tante Rahma tapi jin tomang yang tengah menyamar?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Genç KurguIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...