☀☀☀Balas dendam itu wajar.
Tapi kalau membalaskan dendam, rasanya jadi beda.☀☀☀
Sepertinya teman sekelas Luvi akan berpikir dua kali sebelum melakukan keramaian.
Ibu kepala sekolah yang tadi mendapat laporan kalau kelas IPA ada yang ramai, ia dengan segera memastikan kabar itu.
Yah, mungkin itu kelakuan guru kelas sebelah yang jengah karena ia merasa sangat terganggu dengan keramaian bak festival tahun baru pindahan.
Dan sekarang hasilnya, kelas XI IPA 2 tidak jadi jam kosong karena ibu kepala sekolah yang mendadak datang dengan Bu Siska di belakangnya.
Dan benar saja, pelajaran biologi yang cukup menarik dan tidak membosankan, digantikan dengan pelajaran matematika yang penuh rumus-rumus.
Tapi untungnya, Bu Siska cukup peka. Ia hanya memberi soal untuk dikerjakan berkelompok, dan setelah itu dia akan membebaskan muridnya melakukan apapun, asal tidak berbuat bising.
Jadi, yang bisa mereka lakukan setelahnya adalah tiduran atau main hp. Laki-laki di sela bangku, dan perempuan ngerumpi sambil berbisik di belakang dan pojok kelas.
Luar biasa, bukan?
☀☀☀
Kriiiiiing!!!
Bel pulang akhirnya berbunyi nyaring. Setelah jam pelajaran terakhir, murid-murid lantas berhamburan keluar kelas.
Luvi pun tak perlu menunggu lama. Ia lantas berjalan ke arah lokernya untuk sekedar meraih bukunya. Namun, tak sengaja saat ia membuka pintu loker, ada kertas jatuh ke kakinya.
"Eh? Apa ini?"
Luvi pun mengambil kertas yang sudah terlipat itu. Tak pernah ia mendapat surat seperti ini. Dia bukan primadona sekolah yang setiap hari akan mendapat kiriman surat dari seseorang.
Ia lantas membuka surat itu.
'I'm Back!'
Begitulah tulisannya. Ia mengerutkan kening. Ia lantas membalik kertasnya, mungkin saja ada tulisan lagi.
Dan nyatanya, benar. Ada tulisan, namun sangat kecil. Untungnya Luvi bisa jeli membacanya dan dengan cepat dapat menangkap maksud surat itu.
'Tunggu pembalasan gue!'
Ow, pembalasan dendam. Makanan cukup menarik yang bisa menggugah semangat Luvi. Sudah lama tidak ada orang yang berani membalas perbuatan kasarnya. Lantas membuat Luvi menjilat lidah bawahnya.
"Gue tunggu lo!" ujarnya dalam hati.
Luvi lantas meremas kertas itu dengan senyum sinis yang tertampang jelas di bibirnya. Memang benar, dia pembuat masalah. Dan ternyata surat itu tidak beda dengan surat yang ia terima dulu. Pastinya tentang ancaman pembalasan atas korban pelambiasan amarah Luvi.
Tapi seperti biasa. Luvi hanya bersikap 'bodo amat'. Ia tak perlu khawatir untuk itu. Toh dia ada koin emas yang selalu membantunya.
"Luvina!"
Luvi dengan cepat membuang kertas yang tak berupa itu ke tempat sampah di belakangnya.
"Kertas apa itu?"
Luvi menoleh. "Tidak penting. Sekarang, apa mau lo ke sini?"
Lelaki itu memantulkan bola di tangannya ke arah Luvi. Dan dengan cepat perempuan itu menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Teen FictionIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...