32. New Problem Maker

324 16 0
                                    


☀☀☀

sepertinya mereka ingin main-main sebentar dengan gue.
Haruskah gue urus?

☀☀☀

Di sekolah, walau Luvi dibanggakan karena berhasil mendapatkan juara 2 lomba sains, Luvi masih tetap dengan kepribadiannya. Dingin dan datar. Bahkan saat siswa-siswi mengucapkan padanya selamat, ia hanya mengulas senyum tipis dan berujar terima kasih singkat.

Lain halnya dengan di pojok kelas yang ramai dengan pertanyaan introgasi dari para ciwi-ciwi yang terkejut, kalau sebenarnya Gyan adalah anak pemilik perusahaan ternama.

Ditambah lagi, wajah Gyan tanpa kacamata dan rambut yang sedikit dipendekkan-- ya, walaupun dalam sekolahnya, itu masih dalam kategori panjang--- membuat seluruh perhatian terpanah ke arahnya seperti artis papan atas.

Luvi mendengus. Kelakuan siswi-siswi sekolahnya inilah yang membuatnya jengkel. Ada yang bening dikit, auto dikerubungin kayak gula.

"Arya hebat banget! Foto denganku dong!"

"Dia mau foto denganku dulu! Lo jangan ngerebut dong!"

"Apasih?! Minggir!!"

Dan bla-bla-bla. Luvi sampai pening mendengarnya.

"Luviiiiiiii."

Teriakan Yasfa seketika membuat ruang hening sejenak. Kemudian kembali ramai seakan hanya jeda sesaat.

Yasfa sudah duduk di samping Luvi dengan cengiran khasnya dan dua mangkuk es krim dari kantin.

"Itu untuk gue?" Luvi bertanya.

"Iya! Gue beliin khas buat yang juara."

Yasfa menyodorkan semangkuk es krim ke Luvi yang diterima dengan senang hati.

"Makasih, ya."

Yasfa mengangguk dan mulai menyendokkan es krim ke mulutnya. Namun ketika pandangannya menatap gerombolan siswa-siswi di pojok ruangan, dia heran.

"Mereka ngapain sih?!"

Luvi menghela napas. "Biasa, pangeran dadakan."

Yasfa mengangguk paham. "Dan lo?"

Luvi berhenti menyendok es krimnya. "Apanya gue?"

"Lo kagak kasih selamat?"

Luvi menghela napas jengah. Ia memilih mengangkat mangkuk es krimnya dan mulai melangkah pergi setelah mengatakan, "Males banget!"

☀☀☀

Luvi membolak-balik kertas di hadapannya. Setelah menghindari Yasfa dan membawa es krimnya ke perpustakaan, ia memilih beristirahat dan sekedar membaca buku novel, yang nyatanya perpustakaan masih berdebu.

"Jangan karena kamu keponakannya penjaga perpustakaan, kamu bisa bertingkah seenaknya 'ya, Luvina! Jangan sampai ada yang kotor sedikitpun!"

Luvi menghela napas panjang. Oh ayolah, bahkan Tantenya itu sudah mengatakan untuk yang kelima kalinya. Luvi hanya berdeham dan menyendok lagi es krim di sampingnya.

"Luvinaaaaaa!!!"

Suara melengking itu menghancurkan suasananya yang ingin sendirian. Dan sang pelaku langsung menghampirinya. Luvi mendakapkan tangannya.

"Luv, tolong gue, dong! Tuh manusia satu absurd banget tau!" rengek Yasfa.

Yasfa berlindung di balik tubuh Luvi. Sedang yang direcoki berusaha menahan agar satu kata umpatan tak meluncur di mulutnya.

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang