28. Sun Smile

354 17 0
                                    


☀☀☀

Cukup dengan kata 'pertengkaran'!
Jelaskan, dan jemput ketenangan!

☀☀☀

Rahma lega. Akhirnya permasalahannya dengan dua keluarga itu bisa terselesaikan dengan baik. Setelah mendengar penjelasan dari Angga, ia sekarang bisa tersenyum lepas.

Rahma sempat berpikir, pasti ada tangan yang membantu meluruskan ini semua. Rasanya tidak mungkin jika permasalahan yang cukup  rumit seperti ini, end dengan begitu saja.

"Mama tidak cerita ke Luvi?" rengek Luvi pada Rahma di samping tempat tidurnya.

Ia tersenyum haru. Putrinya kini kembali seperti sedia kala. Walau ia kini masih lemas terbaring di tempat tidur rumah sakit, mendengar suara putrinya kembali memanggilnya 'Mama' membuat badannya ringan seketika.

"Mama? Mama cengeng ish, nangis."

Luvi menyeka air mata Rahma. Dendamnya pada mamanya kini sudah hancur. Ia tak canggung lagi memanggil perempuan itu dengan sebutan 'Mama'. Lagipun dia rindu bermanis-manisan dengan Mamanya itu.

Angga berjalan ke samping Luvi. Ia mengelus pundak Luvi. Melempar senyum yang cukup manis kepada dua matahari di depannya.

"Cepat sembuh, Luvi ngajakin jalan."

Luvi seketika menegakkan dirinya. Ia berkecak pinggang.

"Kapan aku bilang begitu, Papa?" protes Luvi.

Angga pura-pura mengacak rambutnya. "Aish, Luvi sama sekali tak memihak Papa."

Rahma terkekeh mendengarnya. Sama seperti tiga orang lainnya. Mereka senang, akhirnya ketegangan keluarga ini dapat mengendur seketika.

"Ekhem, ada yang jatuh cinta lagi, nih."

Luvi akhirnya mendapat cubitan di pinggangnya karena Rahma. Ia tau Mamanya itu salah tingkah.

"Sepertinya kalian butuh waktu berdua. Luvi tinggal dulu 'ya? Bye Ma, Pa."

Setelah itu, Luvi ngancir dengan menarik Gyan ke luar ruangan. Menginggalkan Rahma yang malu-malu meong karena ucapannya. Dan tentu saja, Pak Syahlan dan Bu Dilara ikut ngancir di belakang Luvi.

Sampainya di luar ruangan, tawa luvi meledak di sana. Ia tidak menyangka bisa menggoda kedua orang tuanya itu.

"Astaga, mereka sangat lucu."

Luvi sampai harus memegangi perutnya yang mendadak kram.

"Lo terlalu banyak ketawa, habis pita suara lo," ujar Gyan.

Luvi meninju lengan Gyan. Tidak tau apa dirinya sekarang tengah bahagia? Sekarang bergantian, Gyan yang terkekeh karena tingkahnya.

"Luvina!"

Luvi menoleh. Ia mendapati Bu Dilara berjalan ke arahnya, tanpa melupakan senyum lebar khasnya.

"Ibu pulang dulu 'ya? Urusan ibu di sini sudah selesai."

Luvi mengangguk. "Terima kasih 'ya, Bu. Udah jadi wanita paling sabar." Luvi berujar dengan senyum manisnya.

Bu Dilara membalas senyum Luvi tak kalah lebar. Gadis itu kembali ceria seperti dulu, dan senyumnya -ah, rasanya sudah lama Bu Dilara tidak melihat senyum secerah itu.

"Jangan lupa undangan pernikahannya. Saya tunggu, Tuan."

Bu Dilara dan Pak Syahlan tersipu bersamaan. Mereka kemudian mengangguk.

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang