9. Dia Kemari?!

569 36 26
                                    

☀☀☀

Kau memang pandai membuat kejutan.
Aku akui itu.
Tapi kurasa kau salah memilih objek.
Karena aku tak semudah yang kau kira.

Aryananda

☀☀☀

Tuuut tuuut....

Dengan cepat Luvi mematikan panggilan diponselnya. Melemparnya asal dan kembali merilekskan kepalanya yang masih berdenyut pening.

Dia mencoba tidak peduli. Pikirannya masih berkecambuk. Akan sangat berbahaya baginya kalau sampai berbicara dengan orang lain dengan keadaan frustasi seperti ini.

Bisa-bisa lawannya dibentak habis habisan dengan Luvi. Apalagi harus menyangkut Gyan.

Ow.. Dia murid baru, jangan biarkan dia jadi korban pelampiasan Luvi selain Elis dan Yasfa.

"Luvina!!! Ada yang datang!!!" Teriak seseorang perempuan dari bawah.

Luvi tak menjawab. Ia malah memejamkan matanya kuat. Berharap ia dapat segera tidur dan melupakan sejenak beban berat di pikirannya.

Tok-tok-tok

Luvi dapat mendengarnya dengan jelas, tapi ia tetap kekeh berbaring di ranjangnya.

Tapi....

"Luvina?"

'Suara itu?!'

Luvi membelalakkan matanya. Ia tercengang untuk beberapa saat. Ia tidak percaya. Ia lantas menggeleng. Berharap kalau bahwa yang tadi dia dengar salah.

'Tidak mungkin!!'

"Luvina?" Panggil suara itu lagi.

Luvi bangkit dari acara tidurnya. Ia mengusap wajahnya kasar. Menghapus jejak air mata yang mengalir di pipinya. Ia masih tidak percaya.

Dengan langkah terburu-buru ia segera berlari ke daun pintu. Memegang kenop pintu kamarnya. Tapi ia masih ragu, dengan hati-hati, ia menempelkan telinganya di daun pintu.

"Luvina?"

Panggilan itu lantas menjadi panggilan ketiga untuk Luvi. Terdengar jelas dengan keadaan Luvi yang berdiri tepat dibalik pintu. Luvi dengan cepat memutar kenop pintu itu dan dengan perlahan membukanya.

Dia kemari?!

Tertampanglah seorang lelaki dengan free style nya. Tangannya sebelah dimasukkan celana jeans. Pandangannya yang semula menunduk, perlahan terangkat. Menampakkan wajah dengan poni panjang dan kacamata yang menjadi ciri khasnya.

Gyan.

'Bagaimana dia bisa kemari?! Dan kenapa dia kemari?! Bagaimana dia tahu aku disini?!' Batin Luvi campur aduk.

Dan seketika pandangan Gyan bertabrakan dengan iris hazel Luvi. Pandangan lurus penuh perhatian.

"Ngapain kesini?" Tanya Luvi memecah dengan alis terangkat sebelah.

Gyan tidak menjawab. Ia melemparkan senyum simpul kearah Luvi. Hati Luvi sedikit berdesir karenanya. Ia lantas menunduk, menyampingkan helai rambutnya yang sedikit berantakan ke belakang telinganya untuk melawan kegugupannya.

Bukan karena ia malu melihat wajah Gyan, tapi ia takut Gyan akan menyadari matanya yang sembab karena selesai menangis dan berpikiran tidak-tidak.

Apa jadinya kalau lelaki di hadapannya tahu putri es di depannya yang sangat datar bisa menitikkan air mata?

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang