34. Yasfa dan Fandi

362 15 0
                                    


☀☀☀

Terkadang gue berpikir.
Mereka serasih juga.
Sama-sama absurd!

-Luvina Anggara-

☀☀☀

Luvi memilih berjalan ke sekolahnya. Walau tadi sempat adu argumen dengan Pak Salman, Luvi tetap kukuh ingin jalan kaki saja. Katanya sekalian liat rumput goyang.

Diterpa angin maksudnya.

Luvi menikmati hawa pagi yang menenangkan. Hawa pagi yang luar biasa sejuk ditambah kicaun burung gereja yang terbang kesana kemari, atau bertengger di satu pohon pembersih jalanan kota.

Wah, ini lebih baik daripada angin AC.

Luvi memejamkan matanya perlahan sambil mengembangkan senyumnya.

"Awas kesandung."

Suara itu lantas memaksa Luvi untuk membuka matanya dan berhenti berjalan. Ia lantas menghela napas jengah.

Luvi seakan tak menghiraukan, ia malah melewati lelaki itu dan mempercepat jalannya.

"Hey, lo jahat banget kacangin gue, Luv."

Luvi tak menyahut. Ia pusing meladeni nih manusia satu.

"Yaelah, Luv. Yasfa dari kemaren ngacangin gue tau. Gue mau nanya ke lo."

Kalimat itu lantas membuat Luvi mengatupkan langkahnya. Ia berbalik menatap si pelaku.

"Lo sama Yasfa udah pacaran?"

Sedang yang ditanya hanya tersenyum bodoh sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Dalam masa PDKT nih, bantuin dong!"

Ada raut lega di wajah Luvi. Akhirnya, gue bisa lepas dari ikatan makhluk astral ini, mungkin begitu batinnya.

"Oh, jadi ini lagi masa TP-TP?" goda Luvi.

Fandi belum paham. "Apaan tuh, TP-TP?"

Luvi tertawa. Astaga! Apa ini dia yang terlalu gaul atau Fandinya yang terlalu kurang update?

"TP tuh, singkatan dari Tebar Pesona, Bahlul! Lo tuh gaul dikit napa!"

Fandi yang mendengarnya mengangguk paham. Dan perlu diingat, kalau wajah Fandi yang bego tadi masih terselip, jadi Luvi tidak bisa menahan tawanya.

"Ketawa terus! Kencing tengah jalan baru tau rasa lo!" jengah Fandi.

Dan setelah itu, bukannya diam, Luvi makin memecah tawanya.

Astaga, lelaki absurd dan perempuan ember bocor boleh juga.

"Kagak usah ngatain! Gue tau kali."

Dan perlu diketahui satu hal yang dilupakan Luvi semasa ini. Luvi tau, karena Yasfa pernah cerita padanya. Satu alasan kuat kenapa Fandi dipilih jadi ketua geng 'Mafia Sekolah'. Itu karena......

Fandi bisa membaca pikiran orang hanya dalam guratan wajah.

☀☀☀

Seorang lelaki di pojok ruang kelas sedikit terkejut saat menyadari Luvi dan Fandi yang berjalan beriringan ke kelas. Dan yang perlu dipertanyakan, Luvi yang terus bercerita -entah apa itu- kepada Fandi, yang ditanggapi langsung oleh si lelaki itu.

Entah kenapa, tangan Gyan mencengkeram erat samping kursinya. Ada rasa tidak suka melihat pemandangan itu.

"Eh, Arya!"

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang