☀☀☀Kata maaf itu ibarat angin.
Orang yang merasakannya akan ikut terbawa ketenangannya.
Tapi untuk orang yang mengabaikannya.
Rasanya itu tidak lebih seperti kerikil yang dipijak.☀☀☀
Setelah kejadian kemarin, Luvi diantar Jimmy pulang ke rumahnya. Jangan lupakan juga, ada Elis disana. Dan pagi ini, Luvi bisa masuk sekolah seperti biasa.
"Lo kagak sekolah, gue block ATM lo."
Harusnya Luvi 'bodo amat' dengan itu. Tapi seakan kasihan dengan ancaman Elis yang tidak berguna, ia lebih memilih berbaik hati menuruti perintah sepupunya.
"Luviiiiiiiiii.. Yuhuuuu...."
Panggilan yang lebih mirip teriakan itu lantas mengalihkan aktivitas sarapan Luvi. Ia lantas memutar bola mata malas.
"Wah, sarapan?! Bi Ira, Yasfa juga satu. Tomatnya banyakin ya!" ujarnya tanpa jeda.
Yasfa yang baru datang langsung duduk di samping Luvi, lantas dihadiahi Elis cengiran khas.
"Ngapain lo kesini?" cetus Luvi.
"Ban mobil gue lepas. Gue mau nebeng."
Luvi menaikkan sebelah alisnya. "Ha?"
"Kemarin tuh, gue sama papa ingin tambal ban sendiri, udah beli alatnya pula. Eh, setelah lepas bannya, kagak tau gimana balikinnya. Yaudah, dibiarkan tergeletak. Besok beli lagi aja," jelasnya kelewat santai.
"Apanya yang dibeli?"
"Bengkel. Biar bisa belajar tambal ban sendiri."
Kalau saja ada gerombolan wanita konyol didunia ini, mungkin Yasfa adalah salah satunya. Luvi lebih baik diam tak menjawab daripada ia darah tinggi mendadak di pagi hari.
"Apa kabar lo, brandal?"
Yasfa menoleh ke sumbar suara, lantas ia dibuat terkejut sampai memegangi pipinya. "Kak Elis belum pulang?!"
Elis terkekeh. Sudah hafal dia bagaimana tabiat Yasfa kalau bertemu dengannya. Tidak ada kata lain yang bisa mendeskripsikannya kecuali satu kata. Alay!
"OMG! Kenapa lo kagak bilang gue 'sih, Luv, kalau Kak Elis belum balik?"
"Penting gitu?"
"Abaikan, Luv!" kesal Yasfa.
"Sekarang, Kak Elis nanti kita nge-fangirl bareng dong!" seru Yasfa lagi.
"Dia kerja tau!" sahut Luvi.
Yasfa cemberut. Dia lupa kalau dia sekarang berhadapan dengan wanita pekerja. Bukan lagi siswi SMA yang sering nge-bucinin oppa dengannya.
"Tenang, kalau gue ada waktu, kita ngebucin bareng."
Yasfa tersenyum lebar. Memang sepupu sahabatnya itu tahu benar suara hatinya kayak gimana.
Melihat interaksi dua perempuan itu, Luvi jadi teringat akan masa SMPnya. Dimana dia bebas menjadi fangirl. Papanya mendukungnya, apalagi Mamanya. Ia ingat betul kalau Mamanya juga seorang fangirl sepertinya.
Flashback on
"Mama, lihat! Dia tampil!"
"Eh?! Kim TaeHyung?!"
"Mama, itu bias Lulu! Jangan direbut, ish.."
"Kamu gimana 'sih, Lu?! Katanya kemarin bias kamu Jeon Jungkook?"
![](https://img.wattpad.com/cover/166322685-288-k55510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Teen FictionIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...