49. Kejutan

470 12 0
                                    


☀☀☀

Masalah itu terlihat luar biasa.
Mereka membawa kita kehadapannya, membuat kita beradu argumen, dan mengobrak-abrik perasaan kita.
Tapi baiknya, kita bisa belajar banyak darinya.

☀☀☀
.
.
.
.

Enam tahun kemudian.......

Luvina's pov

Ada kalanya, lo akan merasakan betapa luar biasanya dunia orang dewasa. Bekerja siang malam untuk mencukupi kebutuhan, atau sekedar meneruskan kegiatan orang tua sebagai kegiatan tambahan.

Sekarang ini, gue di Singapura. Di salah satu cabang perusahaan Papa. Setelah kuliah dan mendapatkan gelar S2, gue putuskan ikut Papa berbisnis ria.

"Nona Lulu, ini dokumen keuangan yang Anda inginkan."

Dia Riri. Asisten gue. Asisten yang selalu setia menemani gue, khusus dipilihkan Papa. Kami seumuran, dan dia juga dari Indonesia.

"Hm, taruh saja di situ. Gue ingin menyelesaikan dulu dokumen ini." ujar gue tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer.

Mendengar perkataan gue, Riri beralih ke samping gue.

"Nona----"

"Ck! Ayolah, Ri. Ini bukan rapat. Kagak usah formal begitu juga elah.... Kagak ada Papa juga."

Riri berdecak. "Lo tuh gimana sih?! Gue mau jadi asisten yang baik di sini. Lo merusak drama gue."

"Hahaha... Kenapa lo kagak jadi artis aja? Kenapa malah berakhir di sini coba?"

Riri memutar bola matanya malas. "Kagak mau. Hidup gue udah banyak drama."

"Iya dah, semerdeka lo."

Setelah itu kami tertawa bersama.

"Jadi, gimana laporan keuangannya? Ada masalah?"

Riri berdengung singkat. "Lo liat aja sendiri." Riri tersenyum miring.

Kalimat Riri seakan membuat gue penasaran. Gue lantas membuka dokumen laporan yang sudah tertata rapi di map biru.

"Perkembangan pesat pada pendapatan penjualan dan pemasaran yang lebih luas. Bagian pemasaran bekerja sangat baik sehingga produk bisa tersebar luas di Filipina. Sekitar 88% peningkatan laba berhasil kita peroleh dengan strategi ini."

Gue tersenyum miring. Kagak salah gue pilih keputusan. Dan nyatanya, perusahaan Papa makin lama juga makin berkembang setelah gue pegang di sini.

Papa sebenarnya ingin mengangkat gue jadi CEO. Tapi gue rasa, belum saatnya gue jadi CEO. Gue musti banyak belajar dulu sebelum dapat tempat utama. Lagian, jadi CEO tanggung jawabnya juga lebih besar lagi.

"Hm, kata Tuan, perusahaan ini mengajukan kerjasama dengan perusahaan baru. Karena itu, dokumen penting harus segera dipersiapkan. Jadi dokumen itu, harus segera diselesaikan." Riri melirik tumpukan kertas di samping gue.

"Tunggu dulu! Kerja sama lagi?"

"Iya, Nona. Untuk lebih jelasnya bisa tanya Tuan."

"Hm, ya sudah. Kembalilah! Gue akan menyelesaikannya."

Riri kembali ke mejanya. Setumpuk berkas lagi harus diselesaikan.

Glek!

Astaga... Kapan selesainya kalau begini?

Brakkkkk!!!!

"LULUUU!!!!"

Suara lengkingan itu sukses membuat gue harus menutup telinga. Nyaring sekali. Siapa lagi kalau bukan sepupu gue yang absurdnya bukan main.

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang