Ini cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas.
☀☀☀
"Kau menyukaiku?"
"Tidak!"
"Kalau begitu aku pergi."
"Kenapa pergi?"
"Kau tidak menyukaiku."
"Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!"
"Apa...
Untuk kalian, bersiaplah! Ini mungkin agak panjang, oke?
Happy reading^^ . . . ☀☀☀
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Halo!"
"Tes!"
"Tes!"
Luvi mengetuk mikrofon yang akan digunakan untuk memulai acara penyambutan presiden. Bukan presiden negara, tapi presiden perusaan D' Universal Properties. Ya, tidak yang lain dan tidak bukan, itu papa Luvi sendiri.
"Lu, kan banyak pekerja disini. Mereka bisa mengatasi persiapannya. Kenapa lo malah turun tangan sendiri sih?! Menyusahkan saja!"
Luvi menghela napas. Sedari tadi, Riri ini selalu mengoceh. Membuat telinganya serasa penuh dengan kata-kata Riri. Mungkin efek kehamilan Riri yang baru tiga bulan.
"Ri, lo diem semeniiit... aja. Lo bisa kagak? Kuping gue mau berontak aja rasanya."
Riri menghela napas. Ia kembali menyeruput susu pisang di tangannya sembari mengurangi kejenuhannya.
Tak lama kemudian, seseorang memanggil Luvi dari arah matahari terbit. Dengan senyum sumringahnya, ia menarik tangan Luvi, tanpa meminta persetujuan. Luvi sampai sedikit terjungkal.
"Coba lihat!"
Luvi menghentikan langkah, terpaku. Pemandangan di hadapannya, sanggup menarik seluruh perhatian Luvi.
"Waw, keren." Riri saja sampai tersanjung melihatnya.
Itu gaun pernikahan. Gaun putih berbentuk ballgown modern gaya Korea dengan aksen renda di beberapa tempat. Tak lupa juga, ada beberapa mutiara dan pita tersemat di pinggang. Sederhana, tapi entah kenapa terlihat begitu menarik di mata Luvi.
"Lo yakin gue akan pakai gaun itu?" Luvi sedikit ragu.
Yasfa dengan ringan mengangkat bahu. "Ini hanyalah penawaran. Gue tadi ke butik gaun perancang ahli, lihat hasil pilihan lo. Maunya sih bawa pulang semua dari list lo, tapi gue disaranin gaun ini yang paling perfect."
Luvi menganga dibuatnya. 'Dibawa pulang tanpa membayar? Yang benar saja!'
"Nona Luvi, itu khas dari perancangnya langsung. Teman anda SMA. Fenisya Sanjaya," jawab Riri, membuat Luvi sukses terperangah seketika.
'Jadi... GAUN LUAR BIASA INI RANCANGAN FENNISYA?! NYONYA EDO SANJAYA?! SENDIRI?!' batin Luvi tak percaya.
"Ya, maunya sih ajak lo kesana, tapi kayaknya lo sibuk." Yasfa menerka.
Luvi mengangguk. Memang iya hari ini dia sibuk.
"Oke! Kalau lo konfirm mau pake gaun ini, Fenisya bakal buat jas yang serasi untuk nih gaun. Kalau kagak mau, ya kagak apa. Ini hanya sekedar penawaran dari pemilik butik sendiri. Lo bisa pilih model yang lain di sana. Bagus-bagus banget, gila!!" lanjut Yasfa, histeris sendiri.